Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Angela Korban Mutilasi di Bekasi Sempat Melakukan Tradisi "Brobosan" sebelum Pemakaman, Apa Itu?

Kompas.com - 12/01/2023, 16:05 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Jenazah Angela Hindriati Wahyuningsih (54), korban mutilasi M Ecky Listiantho (34), dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (12/1/2023) siang.

Sebelum dimakamkan, keluarga Angela menggelar misa requiem atau misa arwah dengan berdoa sebelum pemakaman, agar jiwa orang yang telah meninggal dunia mendapat kedamaian yang kekal.

Selain misa requiem, keluarga Angela juga melakukan tradisi brobosan saat membawa jenazah dari Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Baca juga: Ecky Pelaku Mutilasi Disebut Hadiri Peringatan Setahun Kematian Anak Angela pada 2019

Dilansir dari berbagai sumber, brobosan merupakan tradisi masyarakat Jawa ketika ada kerabat atau keluarga meninggal dunia yang dilakukan dengan berjalan di bawah keranda atau peti jenazah sebelum jasad dimakamkan.

Brobosan biasanya dilakukan setelah keranda jenazah dikeluarkan dari dalam rumah menuju tengah halaman. Para keluarga dipersilakan untuk berjalan di bawah keranda jenazah yang diangkat.

Tradisi brobosan ini dilakukan oleh anak cucu jenazah yang bersangkutan. Biasanya masing-masing dari mereka berjalan di bawah keranda jenazah sebanyak tiga kali.

Selain dimaksudkan untuk menghormati sosok yang meninggal, brobosan juga juga diyakini masyarakat bisa menghadirkan tuah alias berkah bagi yang melakukannya. Terlebih jika yang meninggal merupakan orang yang usianya panjang.

Baca juga: Isak Tangis Iringi Prosesi Pemakaman Angela Korban Mutilasi di TPU Kampung Kandang

Maka, anak cucu yang melakukan brobosan diyakini akan mewarisi berkah usia panjangnya. Jika sosok yang meninggal merupakan orang cerdas, maka ilmunya diyakini bisa diserap para anak cucu yang melakukan brobosan.

Dilansir dari Antara, suasana haru menyelimuti prosesi brobosan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap Angela sebelum dimakamkan.

Jenazah Angela kemudian dibawa menggunakan ambulans swadaya masyarakat Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa.

Adapun jenazah Angela dimakamkan secara tumpang pada liang lahat mendiang anak perempuannya yang meninggal pada 2018.

Sebelumnya, RS Polri Kramat Jati mengidentifikasi jenazah Angela Hindriati Wahyuningsih (54) merupakan korban mutilasi di Bekasi melalui pencocokan deoxyribonucleic acid (DNA).

Baca juga: Alasan Jenazah Angela Dimakamkan Satu Liang Lahad dengan Anaknya

Penemuan mayat korban mutilasi tersebut berawal dari laporan orang hilang di Polsek Bantar Gebang. Seseorang yang dilaporkan hilang adalah pria bernama M Ecky Listiantho.

Namun bukannya menemukan Ecky, polisi justru dikejutkan dengan penemuan mayat yang disimpan dalam kontainer plastik yang akhirnya terungkap bernama Angela.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com