JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 3 dari 10 Rumah Pompa Waduk Pluit, Jakarta Utara, mengalami kerusakan baru-baru ini.
Muji, petugas Rumah Pompa Waduk Pluit mengungkapkan, tiga pompa itu rusak karena intensitas penggunaannya yang cukup tinggi untuk menyedot banjir.
"Selain pemakaian, ya kondisi air, karena kita berhadapan langsung sama air laut ada korosi air asin. Yang kedua, ya sampah itu utama. Karena pompa itu kan kerusakan paling banyak dari sampah," ungkap Muji kepada Kompas.com, Rabu (1/1/2023).
Baca juga: Masyarakat Diimbau Tak Konsumsi Air Bersih dari WTP Waduk Pluit karena Bukan Air Minum
Muji menyebut, air banjir yang disedot oleh pompa itu kerap bercampur dengan banyak sampah.
Oleh karena itu, Muji mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah ke bantaran sungai.
"Karena, mau bagaimana lagi? Masyarakat kesadaran untuk tidak membuang sampah di kali (sungai) masih susah. Masalahnya itu saja," ujar Muji.
Menurut Muji, semua upaya yang dilakukan Pemprov DKI dalam mengatasi banjir tidak akan membuahkan hasil jika masyarakat masih tidak sadar dengan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
"Kembali lagi, ke masyarakat lagi. Sekarang sampah mau diambilin tiap hari sama petugas, tapi buang setiap hari, ya sama saja. Tetap, permasalahan di Indonesia itu tetap sampah," kata Muji.
Baca juga: Terdampak Luapan Kali Angke, Warga Berharap Turap dan Rumah Pompa Segera Dibangun
Di sisi lain, Muji mengatakan, beberapa hari yang lalu, ketinggian air di Rumah Pompa Waduk Pluit mencapai -50 centimeter.
Kata Muji, angka tersebut sudah masuk ke dalam status siaga 3 banjir Jakarta.
"Ya kemarin, -50 itu sudah termasuk siaga. itu 3 atau 4 hari yang lalu. Untuk saat ini sudah aman. Sekarang kan sudah -180," ucap Muji.