TANGERANG, KOMPAS.com - Sudah tiga kali menerima program bedah rumah, sebuah rumah semi permanen yang roboh di Jalan Sutopo, Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang sedang diusulkan untuk dapatkan program bedah rumah lagi.
Camat Tangerang Yudi Pradana mengatakan, rumah roboh tersebut sebenarnya sudah diusulkan sebagai rumah tidak layak huni dalam program bedah rumah Pemerintah Kota Tangerang.
Namun, pada tahun 2022, realisasi untuk melaksanakan program bedah di rumah yang dimaksud itu terjadi sejumlah kendala.
Baca juga: Komitmen Lanjutkan Program Bedah Rumah, Walkot Benyamin Perbaiki RUTLH di 7 Kecamatan Tangsel
"Kita akan coba dorong dari program bedah rumah, karena memang ini rumah yang sudah diusulkan untuk bedah rumah, tapi memang tahun kemarin terkendala, tapi tahun ini sudah diprogramkan," ujar Yudi saat dijumpai di lokasi, Jumat (10/3/2023).
Menurut salah satu korban yang tinggal di rumah itu, Sintia Dewi (50), mereka kaget dengan musibah yang datang tiba-tiba.
"Enggak (ada tanda-tanda sebelum roboh). Makanya saya heran waktu hujan gede, gledek gede yang kemarin-kemarin engggak ada apa-apa. Pas ini kan hujan tengah hari doang ya, kok langsung begini loh," ujarnya.
Baca juga: Rumah Semipermanen Roboh di Tangerang, Seorang Nenek Tertimpa Puing
Sintia menjelaskan, rumah mereka sebenarnya sudah pernah tiga kali dibedah, tetapi itu pun tidak secara menyeluruh.
Seingat Sintia, pembedahan pernah dilakukan pada sekitar tahun 2010 dan 2014. Namun, pembedahan itu diberikan secara bertahap karena satu rumah yang dimaksud itu memiliki tiga sekat, untuk dua kepala keluarga berbeda.
"Tahun 2010, rumah saya yang dibedah sama pak lurah, sebagian doang," ujarnya.
Rumah mereka dibedah secara bertahap, alias tidak pernah diperbaiki atau dibedah secara keseluruhan sekaligus.
Baca juga: Rumah Jaelani di Pegangsaan Dua Jadi Pilot Project Bedah Rumah oleh Polsek Wilayah Jakarta Utara
Sintia berharap, ke depannya pemerintah dapat membantu memperbaiki rumah mereka tetapi tidak hanya sebagian saja yang dibenahi.
Mereka juga meminta agar perbaikan rumah mereka itu bisa dibantu dengan segera, agar mereka tidak perlu lagi menumpang di rumah orang lain.
"Ya harapannya lebih baik aja ya pemerintah, bukan nyalahin pemerintah, tapi maksudnya berharap secepatnya direnovasi," kata dia.
"Ya mungkin kan orang lihatnya di sini gedong, di sana gedong, gak ngelihat di gangnya ada rumah begini kan," kata dia.
Seorang nenek bernama Tati Suryati (76) merupakan ibu dari Sintia menjadi korban yang tertimpa dalam kejadian rumah roboh itu.
Tati menceritakan, dirinya sendiri sedang berada di rumah saat kejadian rumah roboh itu.
Sementara sembilan anggota keluarga lainnya sedang beraktivitas, sekolah maupun kerja saat itu.
"Kaget lagi tiduran langsung roboh (rumah mereka)," ujar Tati saat dijumpai di rumah pengungsian sementara, Jumat.
Tati menyebutkan bahwa dirinya tidak mendengar ada tanda-tanda apapaun sebelum rumah mereka roboh tiba-tiba itu.
Ia yang memiliki kesulitan untuk berjalan maupun berlari itu tertimpa dinding dan atap rumah mereka, dan sebagian besar yang menimpa Tati adalah material bambu.
"Bambu-bambu nimpah aku," cerita Tati sembari menyekap air matanya yang berlinang.
"Kaki saya sakit karena ketiban puing," ucap dia.
Insiden itu diketahui terjadi sekitar pukul 11.45 WIB. Insiden itu terjadi saat cuaca sedang mendung, dan gerimis-gerimis kecil.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, bagian dinding dan atap bangunan rumah semi permanen itu berbahan bambu itu ambruk.
Tampak yang tersisa hanya sedikit bagian belakang rumah saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.