JAKARTA, KOMPAS.com - Sulih Warti (75) tinggal seorang diri di Kompleks Deperla Blok H.10, RT 007/RW 14, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Di rumah tersebut, Warti belasan tahun terakhir tinggal di atas tumpukan sampah, tanpa air dan aliran listrik.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, sampah-sampah memenuhi hampir seisi rumah. Bahkan, di pintu depan rumah tersebut juga banyak sampah menumpuk.
Untuk masuk ke dalam rumah itu, badan harus merayap. Saat tiba di ruangan utama, posisi badan harus menunduk agar tidak mengenai plafon rumah. Pijakan pun tidak rata.
Tembok rumah dengan cat hijau itu tampak terkelupas. Hawanya pun terasa sangat lembab karena ventilasi udara sangat minim di rumah ini.
Baca juga: Kisah Sulih Warti, Lansia di Koja yang Belasan Tahun Hidup di Rumah Penuh Sampah
Sampah-sampah yang ada di sana mulai dari gelas plastik, kaleng, besi bekas, perabotan rumah, styrofoam, kertas, kulkas, penanak nasi, lemari, dan lain-lain.
Di balik sampah-sampah tersebut, ada nyamuk, belatung, kelabang, juga tikus.
Bahkan, ada satu pohon beringin besar yang tumbuh di salah satu ruangan. Pohon tersebut tembus ke atap rumah Sulih Warti.
Beberapa tahun silam, suami Warti meninggal dunia. Usai pemakaman, ia diantar saudara-saudaranya kembali ke rumah di kawasan Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur.
Rumah tersebut merupakan kediaman Warti dan suami sebelum dipisahkan oleh ajal.
“Baru sampai di rumah, anak tirinya (Warti) atau anak kandung abah itu bawa golok sambil bilang, 'Jangan bawa harta abah saya', seakan kami datang itu untuk mengambil harta,” ucap adik Warti, Sulih Tiyowati (66), kepada Kompas.com pada Rabu (5/4/2023).
Baca juga: Sulih Warti Belasan Tahun Hidup di Atas Tumpukan Sampah, Tidur Bersama Tikus dan Belatung
Lantas, Tiyowati menjelaskan kepada keponakan sambungnya itu bahwa maksud kedatangan keluarga untuk memberikan semangat kepada Warti sekaligus berduka cita atas meninggalnya abah.
Setelah kejadian tersebut, Warti disebut diusir oleh anak tirinya.
“Pada saat setelah mengubur suaminya, iya (diusir), langsung. Saya mau tinggalin dia sendiri, takut saya,” tutur Tiyowati.
Karena kasihan kepada kakaknya, Tiyowati membawa Warti ke rumah saudaranya yang lain di Cilincing, Jakarta Utara.