JAKARTA, KOMPAS.com - Dawan (30), sopir bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di Terminal Kalideres, Jakarta Barat menyebut pendapatannya menurun drastis lantaran sepi penumpang, bahkan di masa mudik Lebaran 2023.
Padahal, Hari Raya Idul Fitri hanya tinggal menghitung hari. Pria asal Banten itu mengatakan, sepinya penumpang terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda.
"Kondisi kayak begini ya setiap hari, sejak ada Covid-19 itu. Di sini jadi ambruk semua, pengemudi semua mengeluh. Rakyat kecil lah," ujar Dawan saat ditemui Kompas.com di Terminal Kalideres, Selasa (11/4/2023).
Baca juga: Curhat Sopir Bus Terminal Kalideres, Penumpang pada Masa Libur Lebaran Sepi sejak Pandemi
Sebelumnya, dalam sehari, biasanya Dawan bisa mengangkut setidaknya 20 penumpang. Namun, sejak pandemi Covid-19, penumpang makin berkurang hingga saat ini.
"Kalau sekarang paling bawa penumpang lima orang. Boro-boro beli solar, setor ke perusahaan saja enggak bisa. Jadi sering nombok," ucap Dawan.
Sebelum pandemi, setidaknya uang Rp 100.000 sudah bisa dikantonginya sekali membawa penumpang.
Akan tetapi, roda perekonomian seketika berhenti. Jangankan untuk membayar sewa bus, Dawan bahkan mengaku sulit membeli bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau dulu kan ramai, masih banyak penumpang. Ngetem paling 20 menit. Kalau ini mobil sudah 1-2 jam enggak ada penumpangnya," imbuh dia.
Baca juga: Alasan Warga Mudik Lebih Awal dari Terminal Kalideres, Hindari Macet dan Harga Tiket Bus Murah
Dawan menyebut dirinya merasa tertekan karena harus bertahan hidup di Ibu Kota dan memenuhi kebutuhan keluarga di kampung.
Pria yang sudah menjadi sopir bus selama 10 tahun ke belakang ini menyatakan tetap berusaha mengais rezeki untuk istri dan anaknya yang masih kecil.
"Iya sedihlah, di rumah udah nunggu-nunggu keluarga, suami sudah kerja berapa minggu, berapa bulan. Ke kampung enggak ada pemasukan," jelas Dawan.
Hal serupa dirasakan sopir bus lain bernama Suroto (51) yang biasa mengangkut penumpang dari Kalideres ke Ponorogo.
Suroto mengatakan, pendapatannya menurun sejak pandemi.
Baca juga: 2 Pekan Jelang Lebaran 2023, Sejumlah Warga Pilih Mudik Lebih Awal dari Terminal Kalideres
"Sejak pandemi sampai sekarang itu enggak stabil penumpangnya. Pokoknya kurang dari target," terang Suroto.
"Dulu sebelum pandemi, H-12, H-13 ramai pemudik. Sekarang sampai H-10 belum ada kenaikan jumlah penumpang," sambung dia.
Bagi Suroto, pandemi Covid-19 bak menghentikan roda perekonomian para sopir bus AKAP, termasuk dirinya.
Jika biasanya sekali mengangkut penumpang Suroto bisa mengantongi Rp 500.000, kini dia hanya bisa membawa uang sekitar Rp 300.000 untuk bertahan hidup.
"Rugi enggak rugi, memang profesi ya. Yang penting kita enjoy, kerja itu kalau kita ikhlas, semangat enggak akan pernah capek," ucap Suroto.
Baca juga: Jokowi: Saya Ingatkan Semua yang Ingin Mudik, Hati-hati
Sesekali Suroto menatap ke kaca bus bagian depan sambil membersihkan setir bus yang akan dikemudikannya menuju Ponorogo.
Di dalam bus itu baru terisi sekitar lima penumpang.
Hal inilah yang membuat Suroto harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan lebih.
"Ya, saya nunggu nasibnya saja. Kadang-kadang berharap tapi nasibnya yang enggak mujur. Tapi harapannya penumpang lebih banyak," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.