JAKARTA, KOMPAS.com - Mai (31) menempuh perjalanan yang cukup berat demi menafkahi anaknya yang masih berusia 7 tahun.
Perjalanannya dimulai ketika ia menikah dan kembali ke Medan pada 2014, tepatnya usai Mai berhenti kuliah di Jawa Barat.
"Saya kembali ke Medan pas nikah, bantu keluarga jualan sayur di sana dari jam 24.00 WIB-12.00 WIB," ujar Mai di sekitar kawasan TMII, Jakarta Timur, Minggu (23/4/2023).
Selama berada di Medan, Mai mencoba peruntungan dengan membantu keluarganya berdagang sayur di pasar.
Baca juga: Dahulu Penerima Beasiswa di Universitas Ternama, Kini Mai Berdagang Minuman di Kawasan TMII
Mai mulai bersiap-siap pukul 24.00 WIB untuk mengambil dagangan di pasar induk.
Mai mengatakan, ia harus memberanikan diri untuk berjalan kaki sejauh lima kilometer dari rumahnya menuju pasar induk.
"Ada orang bilang kalau mereka salut sama keberanian saya. Saya enggak takut karena berdoa di dalam hati, dan ada Tuhan untuk melindungi," ungkap Mai.
"Bukannya sok jagoan, tapi harus mandiri. Harus nekat kalau mau cari uang, kalau enggak ya hancur enggak bisa hidup. Berjuang demi anak supaya dia bisa makan," sambung dia.
Mai mulai berjualan pukul 04.00 WIB-12.00 WIB. Ragam sayuran yang Mai jual mencakup cabai dan tomat.
Baca juga: Pilih Jualan Saat Lebaran, Pedagang Minuman di TMII Ini Bisa Raup Untung Rp 1 Jutaan Per Hari
Dalam sehari, ia mampu meraup pendapatan bersih sekitar Rp 500.000, jika tidak ada potongan untuk membayar utang.
Karena suatu hal, ujar Mai, ia tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur di Medan.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun Mai harus melakukanya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa aja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tau ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada 2019, Mai membantu menjaga warung milik orangtuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB pada hari biasa.
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp 300.000-Rp 500.000. Kalau hari libur, per hari kisaran Rp 1 juta. Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Baca juga: Cerita Hendra Pedagang Boneka di Ragunan, Dapat Untung Rp 6 Juta Sehari saat Libur Lebaran 2023
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orangtuanya.
Mulai 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII. Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp 100.000-Rp 200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp 1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur Nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," Mai berujar.
"Kalau liburan kayak Lebaran, pembeli paling ramai pagi sampai siang. Sore juga masih ada pembeli. Kalau sore menjelang malam, cuma beberapa aja pembelinya," imbuh dia.
Baca juga: Tak Bisa Mudik Saat Libur Lebaran, Pedagang Minuman di TMII Ini Terkendala Biaya
Mai melanjutkan, ia tetap menggeluti dunia dagang saat kembali ke Jakarta karena sudah terbiasa sejak ia berjualan sayur di Medan.
Sebab, berdagang menghasilkan cukup banyak pendapatan untuk menafkahi sang buah hati.
Namun, ia tidak menampik pekerjaannya cukup melelahkan, terutama karena ia melakukannya seorang diri.
"Kerasa capeknya, enggak ada yang bantuin. Belum lagi kalau tempat saya ambil barang dagangan lagi bermasalah. Bisa sulit ambil barang, jadi enggak bisa jual apa-apa," tutur Mai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.