Kahoy menyebut, peristiwa itu terjadi begitu cepat. Dia masih merasa ngeri saat mengingatnya.
Hari itu, Kahoy berangkat bersama istri dan saudara-saudaranya. Sang istri mengalami patah tulang di kakinya dan saat ini dirawat di RS Pamulang.
Di hari nahas itu Tiamah (61) mengaku sedang menunggu bus yang akan pulang dari Tegal menuju Serpong. Dia duduk di bagian depan, dekat dengan bangku sopir.
Tiamah melihat ban bus "tersangkut" di saringan air. Ia pun mendengar bunyi aneh sebelum bus tanpa pengemudi menyelonong menuju sungai.
"Iya saya lihat ban tersangkut di saringan air, saya mendengar 'bunyi apa tuh kresek-kresek', setelah itu mobil jalan sendiri turun ke bawah," kata dia.
Saat itu, menurut Tiamah, mesin bus sudah dalam posisi menyala. Namun, ia menyatakan sopir bus tidak sedang duduk di bangku kemudi.
Ia menduga bus sedang dipanaskan sebelum melakukan perjalanan pulang ke Serpong. Bahkan pada saat itu, kata Tiamah, sudah banyak penumpang yang naik.
"Katanya sih ada bocah kecil yang mainin rem. Tapi, saya enggak lihat (anak kecil) itu. Posisinya saya dekat bangku sopir," kata dia.
Tak lama kemudian Tiamah terkejut, kecelakaan yang menewaskan dua orang dan puluhan orang luka-luka pun terjadi.
Bus menyelonong sendiri tanpa pengemudi, semua orang yang ada di dalam berteriak. Bahkan Tiamah sampai membaca istighfar tiada henti.
(Penulis : Firda Janati | Editor : Ihsanuddin, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.