Salin Artikel

Detik-detik Mencekam Kecelakaan Bus Peziarah di Tegal: Terguling 3 Kali, Teriakan Histeris, dan Ban Tersangkut

JAKARTA, KOMPAS.com - Seratusan warga berziarah ke Pekalongan dan Guci, Tegal, Jawa Tengah pada Sabtu (6/5/2023). Mereka berangkat dari Serpong Utara.

Rombongan yang terdiri dari dua bus itu hendak kembali ke Tangerang Selatan, Minggu (7/5/2023). Namun, salah satu bus terjun ke sungai di Objek Wisata Pemandian Air Panas Guci.

Sebanyak 36 orang jadi korban kecelakaan bus, dua di antaranya meninggal pada kejadian ini. Satu orang meninggal di lokasi dan satu orang meninggal saat dalam perawatan di ruang intensif.

Sebanyak 11 pasien cedera patah tulang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangsel. Empat dari 11 pasien cedera patah tulang sudah dioperasi.

Kemudian, 15 pasien dengan luka memar yang masih memerlukan observasi dirawat di RSUD Serpong Utara. Pasien dengan kondisi baik dapat langsung pulang ke rumah.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Allin Hendalin Mahdaniar menuturkan, masih ada dua pasien masih dirawat di ruang intensif RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal.

Kahoy (58) korban selamat kecelakaan bus itu masih ingat bagaimana peristiwa terjadi. Saat itu, Kahoy tengah terlelap. Saat bus mulai terguling, dia terbangun dari tidurnya.

"(Saat bus terguling) saya sadar saya itu, tiga kali (terguling). Mengerikan banget itu rasanya," tutur Kahoy, di RSUD Serpong Utara, Senin (8/5/2023).

Menurut Kahoy, kondisi bus yang digunakan cukup layak. Ia pun tidak mengetahui penyebab pasti terjadinya kecelakaan.

Namun, ia akui memang sempat merasa ngeri saat bus menanjak tikungan di lokasi kejadian. "Naiknya tajam ya tikungannya pikirannya sudah enggak enak saja," ujar dia.

Penuh teriakan histeris

Rombongan peziarah berteriak histeris saat bus terperosok ke dasar sungai. Bukan hanya rombongan dalam bus, terdengar juga teriakan dari warga di luar bus.

"(Penumpang) teriak-teriak histeris, yang di luar juga teriak sudah ngejar-ngejar begitu," kata Kahoy.

Ketika bus terguling dan jatuh ke dasar sungai, Kahoy yang mengalami luka sobek di keningnya, berusaha untuk mencari jalan keluar.

Dia juga sempat berteriak meminta tolong kala melihat korban lainnya berada di air. Warga yang berada di atas pun berusaha menolong.

Kahoy menyebut, peristiwa itu terjadi begitu cepat. Dia masih merasa ngeri saat mengingatnya.

Hari itu, Kahoy berangkat bersama istri dan saudara-saudaranya. Sang istri mengalami patah tulang di kakinya dan saat ini dirawat di RS Pamulang.

Di hari nahas itu Tiamah (61) mengaku sedang menunggu bus yang akan pulang dari Tegal menuju Serpong. Dia duduk di bagian depan, dekat dengan bangku sopir.

Tiamah melihat ban bus "tersangkut" di saringan air. Ia pun mendengar bunyi aneh sebelum bus tanpa pengemudi menyelonong menuju sungai.

"Iya saya lihat ban tersangkut di saringan air, saya mendengar 'bunyi apa tuh kresek-kresek', setelah itu mobil jalan sendiri turun ke bawah," kata dia.

Saat itu, menurut Tiamah, mesin bus sudah dalam posisi menyala. Namun, ia menyatakan sopir bus tidak sedang duduk di bangku kemudi.

Ia menduga bus sedang dipanaskan sebelum melakukan perjalanan pulang ke Serpong. Bahkan pada saat itu, kata Tiamah, sudah banyak penumpang yang naik.

"Katanya sih ada bocah kecil yang mainin rem. Tapi, saya enggak lihat (anak kecil) itu. Posisinya saya dekat bangku sopir," kata dia.

Tak lama kemudian Tiamah terkejut, kecelakaan yang menewaskan dua orang dan puluhan orang luka-luka pun terjadi.

Bus menyelonong sendiri tanpa pengemudi, semua orang yang ada di dalam berteriak. Bahkan Tiamah sampai membaca istighfar tiada henti.

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/09/06504421/detik-detik-mencekam-kecelakaan-bus-peziarah-di-tegal-terguling-3-kali

Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke