Air mata seketika berlinang saat Maria membenarkan kabar tersebut kepada teman-temannya. Lantunan doa di dalam rumah bertembok biru muda itu nyaring terdengar.
Jenazah Stevanus tak pernah ditemukan
Lusa setelah berangkat ke Mal Yogya Plaza Klender seorang diri, Maria beserta umat Gereja bergegas ke Polsek Duren Sawit untuk melaporkan Stevanus yang belum pulang usai peristiwa kebakaran tersebut.
Maria saat itu mendapatkan arahan dari petugas kepolisian untuk pergi ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Pasalnya, para korban kebakaran Mal Yogya Plaza Klender sudah dievakuasi di sana.
Jantung berdetak begitu cepat. Maria dan keluarga yang ditemani tetangga melesat ke RSCM. Di sana, kantong-kantong mayat berjejer selayaknya sembako yang hendak dibagikan.
Satu per satu kantong itu di buka dan bau gosong menyeruak.
Tetapi, mereka tidak mengenali. Pasalnya, wajah dan tubuh para korban sudah tidak seperti sediakala. Bahkan, ada yang sudah menjadi tulang.
Meski sudah dalam keadaan pasrah, mereka masih penasaran, mencoba mengingat pakaian yang terakhir dipakai Stevanus.
Tetapi, Maria tidak sadar anaknya itu menggunakan pakaian apa. Terlebih, mayat sudah gosong akibat kobaran api di Mal Plaza Klender.
"Akhirnya, hari Senin jenazah dikubur secara massal di TPU Pondok Ranggon. Sampai hari ini, Oma tidak tahu makam Stevanus yang mana," kata Maria sambil menyeka air mata.
Tak terima Stevanus dianggap ikut menjarah
Tragedi Kebakaran Mal Klender 1998 setidaknya memakan korban jiwa hingga 488 orang.
Tragedi Kebakaran itu tak bisa dipisahkan dari kerusuhan Mei 1998 yang meruntuhkan rezim Soeharto.
Pada 15 Mei 1998, ratusan warga menjarah pusat perbelanjaan yang berada di kawasan Klender, Jakarta Timur, itu karena diprovokasi oleh sekelompok pria.
Ketika para warga sedang sibuk mengambil barang-barang, tiba-tiba di dalam mal sudah dipenuhi dengan kepulan asap yang sangat tebal.
Namun, Maria tidak terima saat Stevanus disebut sebagai salah satu orang yang menjarah Mal Plaza Klender.
Maria menganggap Stevanus adalah korban dan anak yang belum cukup umur. Ia yakin Stevanus pergi ke mal itu karena rasa ingin tahu yang tinggi, bukan untuk melakukan penjarahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.