Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Stevanus Sanu dalam Lirih Pedih Lagu “Kau Tercipta dari Tulang Rusukku”…

Kompas.com - 19/05/2023, 11:31 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Maria Cornelia Kuryati Sanu (75) mengenang anaknya, Stevanus Sarintus Antonius Sanu, yang menjadi salah satu korban kerusuhan Mal Yogya Plaza Klender pada Mei 1994.

Kenangan Maria ini bukan bagaimana Stevanus meregang nyawa, tetapi kehidupan anaknya itu sebelum pergi meninggalkan keluarga untuk selamanya.

Sebagai orangtua, Maria kewalahan mendidik Stevanus karena memiliki sifat yang susah diatur. Tetapi, hal tersebut tidak membuatnya menyerah begitu saja.

"Kalau disuruh, entar dulu. Tapi, kalau tetangga bilang, Stevanus anak yang penurut. Kalau disuruh orang, mau. Dikasih catatan, pergi ke pasar, beli sesuatu, penurut gitu kalau kata tetangga," kata Maria kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Trauma Maria Sanu akibat Kerusuhan Mei 1998, Menangis Setiap Kali Lewat Mal Klender...

"Umpama ada kerja bakti, 'Stevanus, minta teh ya di situ'. Nah, dia mau. Ada yang bilang, Stevanus itu bandel terhormat. Tapi kalau menurut orangtua, bandel banget," ucap Maria melanjutkan.

Terlepas dari kepribadian sehari-hari, ada satu hal yang membuat Maria terus mengingatnya sampai sekarang, yakni lagu "Kau Tercipta Dari Tulang Rusukku".

Maria menceritakan, Stevanus selalu melantunkan tembang lirih tersebut dengan sepenuh hati sampai terasa begitu sendu.

"Jadi, kalau Oma masak, sambil dengar radio, dia nyanyi dengan sendu banget. Saya jadi teringat terus, 'eh ini anak kalau nyanyi lagu ini sendu banget'," imbuh Maria.
Baca juga: Mengenang Stevanus Sanu, Remaja 16 Tahun Korban Kebakaran Mal Klender 1998

Dia tidak mengetahui apakah anak kedelapannya itu memiliki kisah tersendiri dalam lirik lagu "Kau Tercipta Dari Tulang Rusukku". Pasalnya, saat itu usia Stevanus masih terbilang muda.

"Tapi kan kalau dihayati bisa. Oma kalau setel lagu jadul, ada lagu itu, jadi ingat Stevanus," ujar Oma yang seketika meneteskan air mata.

Ibu dari 10 anak ini tidak mengetahui apa cita-cita dari Stevanus. Sebab, Stevanus sangat tertutup dengan orangtuanya.

Tapi, satu hal yang pasti, jika Stevanus masih hidup sampai sekarang, Maria yakin anaknya itu tengah menjadi tulang punggung keluarga.
Baca juga: Sampai Sekarang, Saya Enggak Tahu Makam Stevanus Sanu yang Mana

"Kalau orang Timur, anak laki-laki itu anak emas, anak raja dan diharapkan supaya bisa membantu perekonomian keluarga," ungkap Maria.

Kini, semua tinggal kenangan. Setiap tahunnya Maria bersama dengan keluarga korban yang lain hanya bisa mendoakan. Ia juga masih berharap agar negara bertanggung jawab atas peristiwa Mei 1998.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com