Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghasilan Rp 100.000 Sehari, Pengemudi Ojol di Bekasi Berjuang Hidupi Anak Penderita Thalasemia

Kompas.com - 05/07/2023, 12:05 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pengemudi ojek online (ojol) di Bekasi, Fajar (32), hanya berpenghasilan Rp 100.000 per hari untuk menghidupi anaknya, Fikar (3), yang menderita sakit thalasemia atau kelainan darah.

Fajar tidak bisa berlama-lama bekerja dari pagi hingga malam di jalan. Selain karena dirinya yang juga sakit diabetes, Fajar juga harus menjaga Fikar.

"Kalau sehari itu kadang dapat Rp 100.000 saja itu sudah bersyukur banget. Kalau tahun lalu itu masih dapat Rp 150.000 sampai Rp 200.000," kata Fajar saat dihubungi Kompas.com, dikutip Selasa (4/7/2023).

Ojek online yang tinggal di Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi itu keliling mencari orderan penumpang.

Baca juga: Kisah Pengemudi Ojol Penderita Diabetes Berjuang Cari Nafkah demi Anak yang Idap Thalasemia

"Rumah saya di Bekasi, saya ke mana saja diambil, sampai Jakarta juga, sampai Tangerang juga pernah," cerita dia.

Update : Kompas.com menggalang bantuan untuk kisah perjuangan pengemudi ojol untuk menyelamatkan sang anak. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini.

Meski uang Rp 100.000 terbilang tak seberapa, Fajar tetap bersyukur dapat menghidupi empat anggota keluarganya.

Hanya saja, Fajar mengakui waktu mencari order terbatas. Sebab, ia harus bergantian dengan sang istri untuk menjaga Fikar.

"Cuma gitu, waktunya terbatas, enggak bisa sampai malam. Kalau sudah sore itu saya pulang, enggak saya terusin lagi," kata dia.

Saat kondisi Fikar menurun, Fajar langsung membawanya ke rumah sakit untuk menjalani transfusi darah.

Baca juga: Pemkot Bogor Wujudkan Mimpi Anak-anak Penderita Thalasemia lewat Me-Time

"Biasanya kalau HB-nya (hemoglobin) rendah itu ketahuan dari sakit itu panas, batuk, pilek, mukanya pucat," imbuhnya.

Pernah suatu ketika Fajar harus menunggu sampai empat hari di IGD karena stok darah yang cocok dengan anaknya kosong.

"Golongan darahnya itu susah dia AB jarang banget sudah gitu harus kalau AB + belum tentu cocok karena dia kan anak kecil, harus dicocokkan lagi," ujarnya.

Fajar mengatakan, tidak ada pengobatan lain selain tranfusi darah. Rutinitas itu dilakukan sampai seumur hidup Fikar.

"Jadi obatnya itu transfusi doang di rumah sakit. Satu-satunya jalan itu memang transfusi saja, sampai sampai tua ya, sampai seumur hidup," ujarnya.

Update : Kompas.com menggalang bantuan untuk kisah perjuangan pengemudi ojol untuk menyelamatkan sang anak. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com