"Kita adukan sesuai data yang ada pada saya. Terus kemudian hasilnya begitu, pihak sekolah itu tidak bisa apa-apa. Hanya bisa silahkan saja ke provinsi," jelasnya.
Sementara itu, Fitri, warga RT 05 RW 01, Kampung Keramat, Panaragan, Bogor Tengah, Kota Bogor, mengaku sering kali membahas manipulasi data kependudukan dengan orangtua murid yang akan mendaftarkan anaknya ke SMAN 1 Kota Bogor.
"Saya juga sering denger ya soal siswa yang nitip nama ke KK (Kartu Keluarga) kelurahan Paledang biar zonasinya lebih dekat," ujar Fitri dilansir dari TribunnewsBogor.com, Senin (10/7/2023).
Fitri mengatakan, putranya yang bernama Raka sudah mendaftarkan diri ke SMA Negeri 1 Kota Bogor.
SMA itu dipilih karena jaraknya begitu dekat dengan rumahnya dibandingkan SMA Negeri lainnya.
"Anak saya juga daftar di SMA 1 itu, karena dekat ya cuma 450 meter jadi kalau ada apa-apa enak dekat mengawasinya," imbuhnya.
Namun, setelah ramai tentang manipulasi data kependudukan yang menyinggung SMAN 1 Kota Bogor, Fitri mengurungkan niatnya untuk meneruskan pendaftaran di sekolah favorit itu.
"Saya mah udah aja gak jadi diteruskan daftar di SMA 1, ribet. Jadi, pindah ke sekolah swasta aja," jelasnya.
Sementara itu, Raka mengaku tidak masalah jika tidak bisa mengenyam pendidikan di sekolah negeri.
"Gapapa, daripada susah masuknya. Ya walaupun secara zonasi masih bisa cuman gara-gara ramai ini kan, jadi gapapa di sekolah lain aja," jelasnya.
(Penulis: Rahmat Hidayat, Wahyu Topami (TribunnewsBogor.com) | Editor: Yudistira Wanne, Reynaldi Andrian Pamungkas (TribunnewsBogor.com)).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.