JAKARTA, KOMPAS.com - Kehidupan yang layak dan aman tampak begitu sulit didapat warga rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara.
Pasalnya, penderitaan demi penderitaan seolah tak berhenti menghampiri mereka selama tinggal di rusun tersebut dalam beberapa tahun ke belakang.
Pencemaran debu batu bara merupakan salah satu permasalahan yang membuat warga Rusunawa Marunda hidup menderita.
Baca juga: Kepala Dinas LH DKI: Rusun Marunda Tak Mungkin Bersih dari Pencemaran Debu Batu Bara
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan, area di sekitar Rusunawa Marunda disebut tidak mungkin bersih dari pencemaran debu batu bara.
Sebab, ada begitu banyak industri di sekitar rusun tersebut.
"Memang daerah tersebut dikelilingi kawasan industri yang memang industrinya masih pakai batu bara sebagai pembangkit atau bahan bakarnya," sebut Asep kepada awak media, Jumat (9/12/2022).
"Memang karena kawasan industri, (Rusunawa Marunsa) tidak mungkin bersih 100 persen dari batu bara, memang masih ada batu bara yang ke rusun," sambungnya.
Sementara itu, Biro Media dan Propaganda Forum Massa Rakyat Marunda (FMRM) Cecep mengatakan, pencemaran debu batu bara pada periode Maret hingga Juni 2022 menjadi yang terparah bagi warga Rusunawa Marunda.
Pencemaran debu batu bara menyebabkan masyakarakat mengalami gangguan kesehatan, termasuk infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
Baca juga: Akibat Debu Batu Bara di Rusunawa Marunda, 66 Orang Kena ISPA hingga Gatal-gatal
"Banyak warga yang terkena batuk-batuk, radang tenggorokan, ISPA, gatal-gatal, dan sakit mata," sebut Cecep saat dihubungi, Senin (14/11/2022).
Kepala Unit Pengelola Rusunawa II Marunda Uye Yayat Dimiati mengatakan, krisis air bersih di Rusunawa Marunda sudah berlangsung tiga tahun terakhir.
Volume air yang mengalir hanya setengah dari kapasitas pipa.
"Nah tiga tahun terakhir, mulai berkurang, dari pipa yang kami punya itu mengalirnya hanya setengah. Tekanan air juga berkurang segala macam," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (30/5/2023).
"Inilah yang akhirnya permasalahan airnya, suplai air memang kurang," imbuh dia.
Baca juga: Pengelola: Rusunawa Marunda Alami Krisis Air Bersih sejak 3 Tahun Lalu
Uye menceritakan, selama ini Rusunawa Marunda menggunakan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, bukan air tanah.
Awalnya, distribusi air disalurkan oleh PT Aetra, perusahaan swasta yang bekerja sama dengan PAM Jaya. Namun, sejak swastanisasi dihentikan tahun ini, air bersih langsung dipasok PAM Jaya
"Debit air dulunya lancar, karena kami kan enggak menggunakan air tanah. Kami pakai PDAM (PAM Jaya), dulu lancar. Kami juga pakai pipa dan segala macam kan," ucap Uye.
Uye mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan air bersih untuk masyarakat rusun. Pengelola rusun sudah bertemu dengan PAM Jaya.
Setelah pertemuan itu, PAM Jaya langsung datang ke Rusunawa Marunda untuk mengecek krisis air bersih.
"Nah PDAM, Pak Direktur sampai datang ke sini cek ya. Ada sekitar enam bulan lalu dan memang ternyata debit air kurang untuk masuk ke rusun," ucap dia.
Terkait krisis air bersih ini, para penghuni Rusunawa Marunda disebut sudah lelah untuk protes dan marah-marah.
“Krisis air banget. Bertahun-tahun di sini enggak selesai-selesai,” kata Ketua RT 003/RW 012 Rusunawa Marunda Hendra saat ditemui Kompas.com di Blok C-3 Rusunawa Marunda, Jumat (2/6/2023).
“Bukan mau marah-marah lagi. Air kan nomor satu, tapi penghuni juga sudah putus asalah. Setiap hari komplain ke pengelola juga responsnya lama, lambat,” sambung dia.
Atap beton di Rusunawa Marunda Blok C5 dilaporkan ambruk pada Rabu (30/8/2023).
Sekretariat Jenderal Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Maulana mengungkapkan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 21.30 WIB.
Baca juga: Atap Beton Rusunawa Marunda Blok C5 Ambruk, Warga: Bangunan Sedikit Keropos
"Jadi, tanggal 30 Agustus kemarin, kan atapnya beton ya, jatuh dari atas. Atapnya jeblos ke bawah," kata Maulana saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (3/9/2023).
Beruntung tidak ada korban jiwa saat atap beton tersebut runtuh.
Biasanya, kata Maulana, tidak sedikit anak kecil bermain di bawahnya pada jam-jam tersebut.
"Alhamdulillah-nya di sana enggak ada korban nih warga, enggak ada yang tertimpa," kata Maulana.
"Memang, pada saat itu banyak sekali anak-anak (di sekitar). Alhamdulillah anak-anak (sedang) enggak main di situ," ucap Maulana.
Maulana yang juga merupakan warga Rusunawa Marunda itu mengungkapkan bahwa kondisi bangunan Blok C5 memang tidak baik.
"Itu memang bangunannya sudah sedikit keropos. Kalau dibilang keropos, memang keropos," imbuh Maulana.
Baca juga: Atap Rusunawa Marunda Ambruk, Pemprov DKI Akui Bangunan Tak Layak Huni
Secara terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) DKI Jakarta Retno Sulistyaningrum mengakui bangunan di Rusunawa Marunda Blok C yang atapnya ambruk sudah tidak layak huni.
Menurut dia, kondisi bangunan itu sudah diteliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Sesuai hasil penelitian BRIN bahwa bangunan tersebut sudah tidak layak," ungkap Retno saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
Setelah relokasi berjalan, Dinas PRKP dijadwalkan akan merevitalisasi bangunan Rusunawa Marunda Blok C agar kembali layak huni.
(Penulis: Muhammad Naufal, Rizky Syahrial, Xena Olivia, Baharudin Al Farisi | Editor: Ihsanuddin, Nursita Sari, Irfan Maullana).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.