JAKARTA, KOMPAS.com - Kepekaan petugas kereta rel listrik (KRL) bernama Muhammad Ali Sopian Pulungan (23) berhasil menggagalkan seorang wanita yang ingin bunuh diri hari itu.
Jika hari itu Ali tak menaruh rasa empati pada perempuan berinisial II (37), ia bisa terlambat menyelamatkan seorang ibu dan bayi yang hendak melompat dari peron di stasiun Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Adapun percobaan bunuh diri itu terjadi pada Sabtu (2/9/2023) sekitar pukul 18.45 WIB. Ali mengatakan, ia mulai curiga saat melihat seorang penumpang berdiri di ujung peron dua.
"Saya curiga karena posisi berdirinya berada bibir peron dan terlalu pinggir," kata dia saat dijumpai di lokasi, Rabu (6/9/2023).
Ali kemudian berlari kecil untuk menghampiri sang penumpang. Ia lalu menawarkan pertolongan kepada II bila ada sesuatu yang membuat dirinya tak nyaman.
Menurut Ali, niatan bunuh diri diakui langsung oleh II. Hal itu diungkapkan II ketika dicegah untuk lompat ke perlintasan kereta api bersama buah hatinya.
"Waktu saya hampiri dan tawarkan bantuan, dia spontan menjawab ingin mengakhiri hidupnya, 'Saya mau bunuh diri'," cerita Ali.
Mendengar itu, ia kemudian menghubungi petugas lainnya untuk membantu mengevakuasi sang bayi. Sebab, bayi yang digendong II menangis terus-menerus karena sang ibu memberontak saat dievakuasi.
"Saya mendapat perlawanan dari si ibu karena dia enggak mau melepas bayinya, namun bayi akhirnya berhasil dievakuasi setelah rekan saya membantu untuk melakukan evakuasi," tutur Ali.
Ali menceritakan situasi sebelum II ketahuan hendak bunuh diri. Menurut dia, tatapan II kosong saat itu. II juga tak memberikan respons yang berarti saat diajak komunikasi.
"Tatapannya memang kosong banget. Kayak orang kesurupan gitu mungkin. Saat saya tawarkan bantuan, dia spontan menjawab ingin mengakhiri hidupnya, 'Saya mau bunuh diri'," tutur dia.
Mendengar jawaban itu, Ali langsung menarik II supaya menjauh dari bibir peron. Sambil melakukan penyelamatan, Ali juga menghubungi satu rekannya untuk membantu mengevakuasi sang bayi.
Baca juga: Bukan Buang Bayi, Petugas KRL Tegaskan Perempuan di Stasiun Pasar Minggu Berniat Bunuh Diri
Saya koordinasi lewat HT untuk minta tolong sama teman saya supaya membantu mengamankan bayi tersebut dari gendongan ibunya. Soalnya posisi bayi tersebut menangis keras," imbuh dia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberikan apresiasi kepada petugas keamanan PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) yang telah mencegah percobaan bunuh diri yang dilakukan II.
"Apresiasi untuk para petugas keamanan KAI yang sigap menenangkan sang ibu," ujar Erick, dilansir dari Antara, Selasa.
Erick mengharapkan, semoga situasi semakin membaik untuk ibu dan bayi. Dia pun mengajak semua pihak meningkatkan kesadarannya akan pentingnya kesehatan mental serta mengimbau agar masyarakat saling rangkul tanpa menghakimi atas kejadian tersebut.
"Mari kita bangun kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Saling rangkul dan jaga, tanpa rasa menghakimi," ujar Erick.
Psikolog dewasa, Rini Hapsari Santosa, berujar perilaku ekstrem dari kondisi ini bisa dicegah jika ibu bisa mengomunikasikan masalah yang dirasakan dan kebutuhannya kepada kerabat.
Menurut dia, ibu bisa meminta waktu untuk menyendiri, kesempatan untuk merawat diri, atau sekadar memiliki teman untuk berbicara.
Kebutuhan itu, kata Rini, sebaiknya disadari atau menjadi perhatian orang terdekat sang ibu. Kebutuhan ini bervariasi, tapi yang paling penting adalah kehadiran orang sekitar.
Baca juga: Erick Thohir Apresiasi Petugas KAI yang Cegah Percobaan Bunuh Diri
"Kehadiran sebagai teman berkomunikasi atau pemberi bantuan untuk merawat bayi," kata dia, dikutip dari Harian Kompas, Rabu (6/9/2023).
Setelah melakukan tindakan ekstrem ini, si ibu tdak bisa lagi ditinggal sendirian sembari mendapatkan penanganan profesional, seperti psikolog, agar peristiwa serupa tak terulang.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Asep Suryana, melihat kejadian ini sebagai fenomena anomi, yaitu perubahan sikap manusia karena kesenjangan lingkungan di sekitarnya.
Masalah ini, kata Asep, lazim ditemui di kota besar, saat masyarakat dituntut mandiri memenuhi kebutuhannya sehingga kurang, bahkan tak lagi memedulikan orang lain.
Baca juga: Ibu Coba Bunuh Diri bersama Bayinya, Polisi: Mengaku Khilaf lalu Pulang dengan Aman
Di sisi lain, banyak orang masih ingin dikunjungi keluarganya, dibantu ketika ada masalah ekonomi, dan sebagainya.
"Tapi karena tidak ada, akhirnya dia merasa sendirian, enggak ada tempat curhat karena saudara sibuk. Akibatnya, bisa mengakibatkan bunuh diri," ucap Asep, dikutip dari Harian Kompas.
Menurut Asep, masyarakat tak boleh meremehkan fenomena anomi ini karena meningkatkan keinginan bunuh diri. Untuk mencegahnya, masyarakat harus peduli dengan sesama.
Kendati demikian, ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, memandang apa pun alasan atau faktor pemicunya, perbuatan si ibu harus dipandang sebagai perbuatan salah.
Baca juga: Masalah Keluarga Mendera, Seorang Ibu di Pasar Minggu Diduga Hendak Bunuh Diri bersama Bayinya
"Tidak boleh ada pembenaran apa pun terhadap perbuatan membunuh anak dan bunuh diri," ucap Reza pada Kompas.com, dikutip Kamis (7/9/2024).
Secara normatif, kata Reza, tersedia payung hukum untuk memidanakan sang ibu, yaitu menggunakan pasal yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak.
Di sisi lain, penyelesaian masalahnya bisa menggunakan alternative dispute resolution (ADR), yaitu penyelesaian konflik atau sengketa di luar pengadilan secara kooperatif.
"Selain itu, bisa juga pengobatan masalah kejiwaan, penyediaan dukungan sosial dan lainnya," ungkap Reza.
(Penulis : Dzaky Nurcahyo, Erika Kurnia (Harian Kompas) | Editor : Ihsanuddin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.