JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis air di wilayah RW 004, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat disebabkan karena kebocoran pipa di Petamburan IV.
Senior Manager Corporate Communication & Office Director PAM Jaya Gatra Vaganza menjelaskan, kebocoran terjadi ketika ada perbaikan. Alhasil, air membanjiri permukiman.
"Kebocoran itu memberikan dampak, karena ketika melakukan perbaikan debit air harus kami kurangi bahkan untuk bisa melakukan perbaikan tersebut," ujar Gatra saat dihubungi, Sabtu (7/10/2023).
Setelah dicek, pihaknya menemukan keretakan pada pipa tersebut. Gatra juga menyampaikan, PAM Jaya bakal melakukan uji forensik untuk mengetahui penyebab pasti kebocoran.
"Kami ada rencana untuk melakukan perbaikan jaringan salah satunya di sana, dan kemungkinan juga akan suplai. Suplainya juga akan kembali normal," papar Gatra.
Sebelumnya, warga menyebut krisis air terjadi sejak dua tahun lalu. Berkait hal itu, Gatra menyampaikan bahwa yang disuplai ke rumah-rumah warga di Jembatan Lima, mulanya dikelola oleh mitra PAM Jaya. Sementara PAM Jaya baru menyuplai pada Februari 2023.
"Jadi kami baru beroperasional kurang lebih sembilan bulan. Jadi kalau dibilang berapa kali (jebol), ini yang pertama sebetulnya," papar Gatra.
"(Krisis air di Tambora dua tahun) belum (dipegang PAM Jaya), karena operasional air ini baru kembali lagi ke PAM itu di tanggal 2 Februari 2023 sebelum dikelola mitra sejak 1998," lanjut dia.
Diberitakan sebelumnya, warga RW 004, Syahrul (49) setidaknya ada empat lingkup rukun tetangga (RT) yang hingga kini masih terdampak krisis air.
"Yang terdampak RT 013, 014, 015, 001. Enggak merata juga, jadi satu RT ada yang airnya keluar, ada yang enggak. Kadang-kadang, rumah tetanggaan, sebelahnya keluar, sebelahnya enggak keluar," ungkap Syahrul saat ditemui di lokasi, Kamis (5/10/2023).
Ia menyampaikan, dalam kurun waktu tersebut air yang disuplai PAM Jaya tak selalu mengalir dengan lancar. Sepengetahuannya, krisis terjadi lantaran pipa yang mengalirkan air jebol.
"Sudah lumayan lama ya krisis air. Sudah dua tahunanlah. Nanti ada air, nanti enggak," ungkap Syahrul.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Tambora, Warga Terpaksa Keluar Uang Dobel untuk Beli Air dan Bayar Tagihan
"Sekarang ini alhamdulillah beberapa titik sudah ada airnya, cuma beberapa masih sulit," sambung dia.
Krisis air bersih juga dianggap telah merugikan warga. Berhentinya suplai dari PAM Jaya membuat Syahrul terpaksa membeli air yang dijual dalam jeriken. Dia biasanya membeli satu gerobak dengan beberapa jeriken berisi air bersih.
"Satu gerobak harganya Rp 50.000, itu untuk kebutuhan sehari-hari. Kemarin saya beli sekali, habis itu air mengalir lagi," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.