Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air di Tambora, PAM Jaya Sebut karena Kebocoran Pipa di Petamburan

Kompas.com - 07/10/2023, 15:37 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis air di wilayah RW 004, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat disebabkan karena kebocoran pipa di Petamburan IV.

Senior Manager Corporate Communication & Office Director PAM Jaya Gatra Vaganza menjelaskan, kebocoran terjadi ketika ada perbaikan. Alhasil, air membanjiri permukiman.

"Kebocoran itu memberikan dampak, karena ketika melakukan perbaikan debit air harus kami kurangi bahkan untuk bisa melakukan perbaikan tersebut," ujar Gatra saat dihubungi, Sabtu (7/10/2023).

Baca juga: Nelangsa Warga Tambora: Terpaksa Beli Air Jeriken karena Krisis Air Bersih, tapi Tetap Bayar Tagihan PAM Setiap Bulan

Setelah dicek, pihaknya menemukan keretakan pada pipa tersebut. Gatra juga menyampaikan, PAM Jaya bakal melakukan uji forensik untuk mengetahui penyebab pasti kebocoran.

"Kami ada rencana untuk melakukan perbaikan jaringan salah satunya di sana, dan kemungkinan juga akan suplai. Suplainya juga akan kembali normal," papar Gatra.

Sebelumnya, warga menyebut krisis air terjadi sejak dua tahun lalu. Berkait hal itu, Gatra menyampaikan bahwa yang disuplai ke rumah-rumah warga di Jembatan Lima, mulanya dikelola oleh mitra PAM Jaya. Sementara PAM Jaya baru menyuplai pada Februari 2023.

"Jadi kami baru beroperasional kurang lebih sembilan bulan. Jadi kalau dibilang berapa kali (jebol), ini yang pertama sebetulnya," papar Gatra.

Baca juga: Tertangkapnya Pencuri yang Beraksi bak Spider-Man di Tambora, Pelaku Memanjat dari Gang sampai Lantai 4 Rumah Korban

"(Krisis air di Tambora dua tahun) belum (dipegang PAM Jaya), karena operasional air ini baru kembali lagi ke PAM itu di tanggal 2 Februari 2023 sebelum dikelola mitra sejak 1998," lanjut dia.

Diberitakan sebelumnya, warga RW 004, Syahrul (49) setidaknya ada empat lingkup rukun tetangga (RT) yang hingga kini masih terdampak krisis air.

"Yang terdampak RT 013, 014, 015, 001. Enggak merata juga, jadi satu RT ada yang airnya keluar, ada yang enggak. Kadang-kadang, rumah tetanggaan, sebelahnya keluar, sebelahnya enggak keluar," ungkap Syahrul saat ditemui di lokasi, Kamis (5/10/2023).

Ia menyampaikan, dalam kurun waktu tersebut air yang disuplai PAM Jaya tak selalu mengalir dengan lancar. Sepengetahuannya, krisis terjadi lantaran pipa yang mengalirkan air jebol.

"Sudah lumayan lama ya krisis air. Sudah dua tahunanlah. Nanti ada air, nanti enggak," ungkap Syahrul.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Tambora, Warga Terpaksa Keluar Uang Dobel untuk Beli Air dan Bayar Tagihan

"Sekarang ini alhamdulillah beberapa titik sudah ada airnya, cuma beberapa masih sulit," sambung dia.

Krisis air bersih juga dianggap telah merugikan warga. Berhentinya suplai dari PAM Jaya membuat Syahrul terpaksa membeli air yang dijual dalam jeriken. Dia biasanya membeli satu gerobak dengan beberapa jeriken berisi air bersih.

"Satu gerobak harganya Rp 50.000, itu untuk kebutuhan sehari-hari. Kemarin saya beli sekali, habis itu air mengalir lagi," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com