Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asap Pedih nan Menyesakkan akibat Kebakaran TPA Rawa Kucing yang Sudah Empat Hari Tak Padam...

Kompas.com - 24/10/2023, 07:11 WIB
Joy Andre,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing belum juga padam. Sejak Jumat (20/10/2023) hingga Senin (23/10/2023), asap pedih nan menyesakkan masih menyelimuti kawasan tersebut.

Terletak di wilayah Kedaung Wetan, Neglasari, Kota Tangerang, TPA itu masih mengeluarkan beberapa titik api.

Petugas pemadam kebakaran juga terus berusaha menyisir titik-titik api. Mereka menarik selang dan naik ke atas gunungan sampah, untuk menyiram titik api.

Kabut asap bahkan masih menyelimuti di sekitar lokasi kebakaran. Asap-asap tebal itu akan tertiup jika angin tiba-tiba berhembus kencang.

Baca juga: Warga Keluhkan Asap Kebakaran TPA Rawa Kucing Bikin Mata Perih dan Sesak Napas

Kondisi itu membuat petugas yang ada di lokasi, kompak memakai masker, untuk menutup alat pernapasan mereka.

Beberapa dari mereka bahkan sesekali mengusap air di matanya, karena tak kuasa membendung asap yang menyesakkan dada.

Sejumlah truk pengangkut air turut disiagakan di lokasi guna membantu petugas pemadam menelusuri titik-titik api yang hingga kini masih mengeluarkan asap.

Bermula dari api kecil lalu tiba-tiba gunung sampah menjadi lautan api

Yuli (35), salah satu warga yang tinggal di sekitar TPA Rawa Kucing mengungkapkan kondisi ketika kebakaran hebat melanda TPA tersebut.

Baca juga: Asap Kebakaran TPA Rawa Kucing Menyebar ke Permukiman, Sejumlah Warga Pilih Mengungsi karena Takut Sakit

Mulanya, kebakaran yang terjadi sejak Jumat (20/10/2023) itu, berasal dari api berukuran kecil yang muncul di tumpukan sampah sekitar pukul 14.00 WIB.

"Awalnya kecil dulu, terus tiba-tiba jadi besar, karena sampah itu dalam keadaan kering semua," ujar Yuli kepada Kompas.com di lokasi, Senin (23/10/2023).

Api lalu tak bisa dijinakkan dan membesar. Sekitar pukul 17.00 WIB, api itu akhirnya membuat gunung sampah menjadi lautan api.

"Di jam 17.00 WIB sampai malam, itu kayak lautan api, semua sudah nyala. Apinya udah meliputi semua yang ada di sampah ini," ujar Yuli.

 

Mata yang perih dan dada dibuat sesak

Dua warga yang sedang melintas dan berboncengan untuk menembus kabut asap di depan lokasi kebakaran TPA Rawa Kucing, Senin (23/10/2023). Kabut itu muncul akibat hembusan angin dari titik-titik api yang tersisa pasca kebakaran di TPA Rawa Kucing, Neglasari, Tangerang, Jumat (20/10/2023).KOMPAS.com/Joy Andre T. Dua warga yang sedang melintas dan berboncengan untuk menembus kabut asap di depan lokasi kebakaran TPA Rawa Kucing, Senin (23/10/2023). Kabut itu muncul akibat hembusan angin dari titik-titik api yang tersisa pasca kebakaran di TPA Rawa Kucing, Neglasari, Tangerang, Jumat (20/10/2023).

Kebakaran yang tak kunjung padam itu kemudian berdampak kepada warga. Sudah berhari-hari mereka hidup dengan asap akibat api yang tak kunjung padam.

"Di sini jadi kena asap terus. Sesak banget," kata Yuli.

Kondisi itu membuat Yuli agak kesulitan bernapas. Sebab, dirinya akan lebih banyak menggunakan masker ketika berada di rumah.

Baca juga: Kesaksian Warga Saat Kebakaran TPA Rawa Kucing: Awalnya Api Kecil, lalu Jadi Lautan Api

Kondisi diperparah dengan kemarau panjang yang kini melanda Indonesia.

"Cuaca panas, ditambah kebakaran enggak padam-padam, jadi makin tebal asapnya kalau ada angin," kata Yuli.

Warga lain bernama Fadil (28) juga mengatakan hal yang sama. Bagi dia, asap yang tebal membuat ia lebih sering mengeluarkan air mata.

Sebab, matanya terasa amat perih jika kabut asap menebal ketika angin berhembus.

"Mata perih banget. Ini baju juga bau sampah, tapi juga bau asap. Enggak kuat karena ditambah mataharinya panas banget," ujar Fadil.

Dirinya berharap agar petugas di lapangan bisa segera menangani kebakaran yang masih melanda.

Baca juga: Helikopter BNPB Ditargetkan 50 Kali Bolak-balik Siram Air untuk Padamkan Api di TPA Rawa Kucing

"Pengin cepat-cepat selesai. Semoga bisa normal lagi dan asapnya hilang," harap Fadil.

BNPB kerahkan helikopter bombing

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut mengerahkan helikopter. Hal itu bertujuan untuk membantu proses pemadaman melalui udara.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, pihaknya menargetkan helikopter akan 50 kali bolak balik untuk mengambil dan menyiram air demi memadamkan api.

"Iya, ini sudah mulai operasi, target 50 dropping air (menyesuaikan dengan situasi lapangan)," kata Muhari dalam pesan singkatnya kepada wartawan, Senin (23/10/2023) kemarin.

Setiap perjalanannya, helikopter water bombing mengangkut empat ton air untuk ditumpahkan di TPA Rawa Kucing.

Kendati demikian, BNPB belum dapat memastikan kapan pemadaman akan selesai. Sebab, semua pihak terkait masih memantau dan bergantung pada kondisi di lapangan.

"Melihat situasi hari ini, helikopter baru datang, sambil bombing, juga mapping medan dan situasi terbakar. Nanti sore baru bisa diestimasi lama operasinya," ujar Muhari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Pelat Nomor Palsu di Jakarta, Pedagang: Saya Enggak Berani Kalau Tak Sesuai STNK

Marak Pelat Nomor Palsu di Jakarta, Pedagang: Saya Enggak Berani Kalau Tak Sesuai STNK

Megapolitan
Kabel di Jalan Ahmad Yani Bogor Semrawut, Warga Khawatir Bahayakan Pengguna Jalan

Kabel di Jalan Ahmad Yani Bogor Semrawut, Warga Khawatir Bahayakan Pengguna Jalan

Megapolitan
Cita-cita sejak Kecil Buat Pemilik Pajero Dikejar Polisi di Tol Jatiasih lalu Ditilang

Cita-cita sejak Kecil Buat Pemilik Pajero Dikejar Polisi di Tol Jatiasih lalu Ditilang

Megapolitan
Bocah di Bekasi Tewas di Lubang Galian Air, Polisi Temukan Indikasi Praktik Dukun di Rumah Pelaku

Bocah di Bekasi Tewas di Lubang Galian Air, Polisi Temukan Indikasi Praktik Dukun di Rumah Pelaku

Megapolitan
Tolak Tapera, Pekerja Singgung Kasus Korupsi Asabri dan Jiwasraya

Tolak Tapera, Pekerja Singgung Kasus Korupsi Asabri dan Jiwasraya

Megapolitan
Bocah di Bekasi yang Ditemukan Dalam Lubang Galian Air Diduga Tewas karena Dibekap

Bocah di Bekasi yang Ditemukan Dalam Lubang Galian Air Diduga Tewas karena Dibekap

Megapolitan
Saat Orang Berlomba-lomba Ingin Jadi Pejabat di Jalanan, Gunakan Pelat Dinas Palsu agar Bebas Hambatan...

Saat Orang Berlomba-lomba Ingin Jadi Pejabat di Jalanan, Gunakan Pelat Dinas Palsu agar Bebas Hambatan...

Megapolitan
Tolak Tapera, Warga: Kesannya kayak Dipaksa Punya Rumah, padahal Masih Banyak Kebutuhan Lain

Tolak Tapera, Warga: Kesannya kayak Dipaksa Punya Rumah, padahal Masih Banyak Kebutuhan Lain

Megapolitan
Dharma Pongrekun-Kun Wardana Diminta Perbaiki Data 500.000 Pendukung untuk Bisa Maju pada Pilkada DKI 2024

Dharma Pongrekun-Kun Wardana Diminta Perbaiki Data 500.000 Pendukung untuk Bisa Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pemerintah Disarankan Memperbesar Subsidi Rumah Dibanding Mewajibkan Tapera

Pemerintah Disarankan Memperbesar Subsidi Rumah Dibanding Mewajibkan Tapera

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 3 Juni 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 3 Juni 2024

Megapolitan
Hilang 3 Hari, Bocah Perempuan di Bekasi Ditemukan Tewas di Dalam Lubang Galian Air

Hilang 3 Hari, Bocah Perempuan di Bekasi Ditemukan Tewas di Dalam Lubang Galian Air

Megapolitan
Warga: Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah, Masyarakat Cuma Jadi Roda Pemenuh Hasrat Kekuasaan

Warga: Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah, Masyarakat Cuma Jadi Roda Pemenuh Hasrat Kekuasaan

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling Jakarta 3 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling Jakarta 3 Juni 2024

Megapolitan
Dharma Pongrekun Diberi Waktu hingga 7 Juni 2024 untuk Memperbaiki Berkas Syarat Maju pada Pilkada DKI

Dharma Pongrekun Diberi Waktu hingga 7 Juni 2024 untuk Memperbaiki Berkas Syarat Maju pada Pilkada DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com