Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Munculnya Dugaan Jejak Bom Sisa 22 Tahun Lalu di Balik Ledakan Setiabudi

Kompas.com - 24/10/2023, 06:45 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan yang terjadi di sebuah rumah yang sedang direnovasi di wilayah Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/10/2023) mengingatkan Hariyanto (65) pada bom pada 22 tahun lalu di tempat yang sama.

Hariyanto adalah salah satu warga setempat yang pernah menyaksikan ledakan pada 2001 itu secara langsung. Menurut dia, saat itu ledakan terjadi di asrama mahasiswa Aceh, tepat di sebelah tempat kejadian perkara (TKP) saat ini.

"Tapi 2001 itu kan (bom) rakit, tapi memang baru tahu itu tempat perakitan ketika bomnya sudah meledak," kata Hariyanto saat berbincang dengan Kompas.com di sekitar TKP pada Senin (23/10/2023) sore.

Baca juga: Asal Usul Rumah Kosong TKP Ledakan di Setiabudi, Baru Pindah Tangan 8 Bulan Lalu

Hariyanto berujar, semula tak ada yang tahu bahwa asrama tersebut ditempati terduga teroris. Sebelah tempat tinggal mahasiswa itu masih berupa tanah dan kebun kosong.

Ledakan lebih besar

Menurut Hariyanto, ledakan yang terjadi pada 2001 jauh lebih besar daripada ledakan yang terjadi pada Rabu pekan lalu. Mahasiswa yang terlibat dalam perakitan bom itu tewas mengenaskan.

Beruntung, istri temannya yang saat itu bekerja sebagai juru masak di asrama tersebut sedang berada di luar sehingga tidak ikut menjadi korban ledakan bom.

Adapun istri dari temannya itu hanya bekerja sebagai tukang masak di asrama itu. Sesaat sebelum kejadian, memang ada berapa kamar yang tidak boleh dibuka.

Baca juga: Teka-teki Benda Diduga Bom yang Meledak di Setiabudi dan Peristiwa Serupa 22 Tahun Silam

"Nah dia disuruh beli rokok ke luar, baru sampai taman sini, sudah meledak. Kalau ibunya enggak keluar bisa mati di situ," ujar Hariyanto.

Seingat dia, sewaktu bom meledak kaca masjid di seberang asrama pun ikut retak. Darah bercecer di mana-mana.

Tiga orang tewas

Berdasarkan arsip Kompas, Jumat (11/5/2001), bangunan milik suatu yayasan di Jalan Perahu No 1, Guntur, Jakarta Selatan, meledak pada Kamis (10/5/2001) pukul 16.30 WIB.

Ledakan itu mengakibatkan sebagian besar bangunan tersebut runtuh dan menewaskan dua dari 18 penghuni bangunan tersebut.

Baca juga: Warga Yakin Ledakan di Setiabudi Berasal dari Sisa Bom Asrama Aceh 22 Tahun Lalu

Pada Sabtu (12/5/2001), polisi menemukan satu unit rangkaian bom yang belum meledak, seorang (lagi) korban tewas, sekitar 200 botol minuman energi kosong (diduga sebagai bakal molotov), dan satu plastik kecil bubuk putih yang diduga heroin.

Dengan ditemukannya lagi satu mayat tersebut, korban meninggal akibat ledakan bom di asrama mahasiswa itu berjumlah tiga orang.

Pada Rabu (19/9/2001), tiga tersangka kasus ledakan bom rakitan, yakni Taufik Abdullah, Hidayatullah alias Mursali, dan Musaiful Ma’arif melakukan rekonstruksi.

Salah satu adegan yang digelar dalam rekonstruksi kasus peledakan bom tersebut adalah penyerahan sebuah tas yang berisi rangkaian bom dari tersangka Gafi kepada Taufik Abdullah di reruntuhan kamar sembilan.

Baca juga: Renovasi Rumah yang Jadi TKP Ledakan di Setiabudi Belum Dilanjutkan, Masih Tunggu Investigasi Polisi

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan 'Study Tour' Harus Dihapus

Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan "Study Tour" Harus Dihapus

Megapolitan
FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

Megapolitan
Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Tabrak Separator 'Busway' di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Tabrak Separator "Busway" di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Megapolitan
Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com