JAKARTA, KOMPAS.com - Ledakan yang terjadi di sebuah rumah yang sedang direnovasi di wilayah Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/10/2023) mengingatkan Hariyanto (65) pada bom pada 22 tahun lalu di tempat yang sama.
Hariyanto adalah salah satu warga setempat yang pernah menyaksikan ledakan pada 2001 itu secara langsung. Menurut dia, saat itu ledakan terjadi di asrama mahasiswa Aceh, tepat di sebelah tempat kejadian perkara (TKP) saat ini.
"Tapi 2001 itu kan (bom) rakit, tapi memang baru tahu itu tempat perakitan ketika bomnya sudah meledak," kata Hariyanto saat berbincang dengan Kompas.com di sekitar TKP pada Senin (23/10/2023) sore.
Baca juga: Asal Usul Rumah Kosong TKP Ledakan di Setiabudi, Baru Pindah Tangan 8 Bulan Lalu
Hariyanto berujar, semula tak ada yang tahu bahwa asrama tersebut ditempati terduga teroris. Sebelah tempat tinggal mahasiswa itu masih berupa tanah dan kebun kosong.
Menurut Hariyanto, ledakan yang terjadi pada 2001 jauh lebih besar daripada ledakan yang terjadi pada Rabu pekan lalu. Mahasiswa yang terlibat dalam perakitan bom itu tewas mengenaskan.
Beruntung, istri temannya yang saat itu bekerja sebagai juru masak di asrama tersebut sedang berada di luar sehingga tidak ikut menjadi korban ledakan bom.
Adapun istri dari temannya itu hanya bekerja sebagai tukang masak di asrama itu. Sesaat sebelum kejadian, memang ada berapa kamar yang tidak boleh dibuka.
Baca juga: Teka-teki Benda Diduga Bom yang Meledak di Setiabudi dan Peristiwa Serupa 22 Tahun Silam
"Nah dia disuruh beli rokok ke luar, baru sampai taman sini, sudah meledak. Kalau ibunya enggak keluar bisa mati di situ," ujar Hariyanto.
Seingat dia, sewaktu bom meledak kaca masjid di seberang asrama pun ikut retak. Darah bercecer di mana-mana.
Berdasarkan arsip Kompas, Jumat (11/5/2001), bangunan milik suatu yayasan di Jalan Perahu No 1, Guntur, Jakarta Selatan, meledak pada Kamis (10/5/2001) pukul 16.30 WIB.
Ledakan itu mengakibatkan sebagian besar bangunan tersebut runtuh dan menewaskan dua dari 18 penghuni bangunan tersebut.
Baca juga: Warga Yakin Ledakan di Setiabudi Berasal dari Sisa Bom Asrama Aceh 22 Tahun Lalu
Pada Sabtu (12/5/2001), polisi menemukan satu unit rangkaian bom yang belum meledak, seorang (lagi) korban tewas, sekitar 200 botol minuman energi kosong (diduga sebagai bakal molotov), dan satu plastik kecil bubuk putih yang diduga heroin.
Dengan ditemukannya lagi satu mayat tersebut, korban meninggal akibat ledakan bom di asrama mahasiswa itu berjumlah tiga orang.
Pada Rabu (19/9/2001), tiga tersangka kasus ledakan bom rakitan, yakni Taufik Abdullah, Hidayatullah alias Mursali, dan Musaiful Ma’arif melakukan rekonstruksi.
Salah satu adegan yang digelar dalam rekonstruksi kasus peledakan bom tersebut adalah penyerahan sebuah tas yang berisi rangkaian bom dari tersangka Gafi kepada Taufik Abdullah di reruntuhan kamar sembilan.
Baca juga: Renovasi Rumah yang Jadi TKP Ledakan di Setiabudi Belum Dilanjutkan, Masih Tunggu Investigasi Polisi
Berdasarkan pengakuan para tersangka itulah diketahui bahwa bom tersebut meledak saat dibawa seseorang yang kemudian menjadi salah satu korban tewas.
Dari hasil pemeriksaan terhadap mayat korban diketahui kedua kaki dari lutut ke bawah serta sebelah tangan kanannya terpotong.
Kondisi seperti itu hanya dimungkinkan apabila bom tersebut meledak saat dibawa. Perihal identitas tiga korban tewas, polisi memastikan mereka adalah Billy, Cekwi, dan Du.
Adapun kepolisian menuturkan masih berupaya menyelidiki ledakan yang menewaskan seorang tukang bangunan itu.
Penyelidikan dilakukan oleh tim gabungan dari laboratorium forensik, balistik metalurgi forensik, kedokteran forensik, Inafis, dan tim penjinak bom Gegana.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengungkapkan, ledakan di Setibudi disebabkan karena benda diduga bom.
"Yang jelas (ada) benda yang diduga bom," kata dia di lokasi ledakan, Rabu (18/10/2023).
Hengki menerangkan, benda diduga bom itu ditemukan pekerja bangunan saat menggali tanah. Benda itu kemudian diangkat oleh salah satu pekerja dan sempat dipukul-pukul.
"Benda diduga bom itu ditemukan di dalam tanah dan diangkat ke atas. Menurut keterangan saksi, benda itu juga sempat dipukul-pukul dan akhirnya terjadi ledakan," tegas dia.
Walau demikian, Hengki belum bisa memastikan jenis bom tersebut. Polisi akan meneliti lebih lanjut perihal benda itu berdasarkan barang bukti yang tersisa di lapangan.
Baca juga: Ciri-ciri Benda Asing dari Lokasi Ledakan di Setiabudi Semakin Jelas, Benar-benar Bom?
Ledakan yang terjadi di di Setiabudi, Jakarta Selatan, merupakan sebuah rumah kosong yang masih dalam tahap renovasi. Satu orang tewas di tempat dalam insiden itu.
Rumah itu terletak di Jalan Prahu, Kelurahan Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan, tepatnya bersebelahan dengan Wisma Taman Iskandar Muda Jakarta.
Dilihat sekilas, bangunan dua lantai ini bak rumah kosong yang sudah bertahun-tahun tak dihuni. Menurut Hariyanto, TKP itu dulunya hanyalah sepetak tanah kosong yang ditumbuhi tanaman pisang.
Adapun bentuk bangunan dua lantai seperti sekarang ini, kata Hariyanto telah berdiri sekitar 10 tahun lamanya. Bangunan itu didirikan oleh seorang bernama Ilham selaku pemilik lama lahan itu.
Baca juga: Kesaksian Pekerja Bangunan soal Ledakan di Setiabudi, Berasal dari Benda Berkabel Merah dan Putih
Namun, bangunan itu tak dirampungkan dan dibiarkan kosong hingga kerap dijadikan tempat istirahat bagi para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Taman Tangkuban Perahu.
"Pernah jadi tempat tinggal tukang ketoprak, tukang nasi goreng, tukang sayur. Tadinya ada dua tahun lah diisi sama tukang-tukang dagang. Yang nempatin tukang dagang," katanya.
Belakangan, setelah Ilham meninggal, tanah beserta bangunan itu dijual kepada pemilik baru yang bernama Aditia.
Pemilik baru tanah itu pun melakukan proyek renovasi, namun naas, justru terjadi ledakan yang menewaskan seorang pekerja dan menyebabkan tiga lainnya terluka.
(Tim Redaksi: Wasti Samaria Simangunsong, Aguido Adri (Kompas.id), Abdul Haris Maulana, Ihsanuddin, Neli Triana (Kompas.id))
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.