Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara Lingga Nasution menimpali, mereka datang ke Monas sebagai salah satu ikon di Indonesia.
“Kita ingin mengulosi Indonesia. Ingin mempersatukan, tidak ada unsur politik sama sekali,” tegas dia.
Tahun depan, mereka berencana untuk kembali menggelar tarik ulos lagi di Monas. Namun, dengan kain yang lebih panjang lagi.
Mereka juga berharap agar Presiden RI Joko Widodo bisa menetapkan 17 Oktober sebagaimana hari ulos nasional.
“Sebagaimana hari batik nasional, supaya ulos bisa dipakai oleh seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Lingga.
Baca juga: Masih Kebanjiran, Warga Kebon Pala Pertanyakan Fungsi Sodetan Ciliwung
Selama pembentangan ulos berlangsung, warga sekitar yang kebanyakan terdiri massa aksi damai bela Palestina, tampak antusias saat ikut menarik kain hingga terbentang sempurna.
“Ayo, lagi. Sebentar, tunggu dulu! Boleh tarik lagi!” begitu sahut-sahutan mereka saat kain dibentangkan.
Salah satunya Zahra (36) asal Tapanuli Utara yang menetap di Jakarta. Awalnya, dia ikut aksi damai untuk menyuarakan panggilan hatinya terhadap Palestina.
Rasa senangnya memuncak saat melihat ada aksi tarik ulos ini.
“Suka sekali, jadi kan biar enggak ada perbedaan. Karena berita Palestina kan cenderung jadi meluncur ke (konflik) agama. Dengan acara ini (tarik ulos) menunjukkan semua baik, bukan dari agamanya,” kata Zahra kepada Kompas.com.
Dia turut berharap agar seluruh masyarakat bisa lebih damai dan memperkuatkan persatuan.
“Jangan jadikan perbedaan jadi masalah,” ujar dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Erlangga (28) asal Ciracas, Jakarta Timur. Dia mengaku terkejut akan adanya aksi ini.
“Jujur, kaget dan bangga, sih. Meski aku bukan orang Batak, tapi senang bisa ambil bagian untuk aksi-aksi yang bisa mempersatukan,” tutur Erlangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.