"Biasanya kan pemerintah yang ini ya (menstabilkan harga). Kayak dulu, ada (tengkulak) yang ketangkap. Kalau sekarang, adem saja, enggak ada yang ini (bergerak)," kata Jasnita.
"Orang yang punya modal besar kayak begitu. Dari petani, dia yang beli. Cuma, kalau sekarang ini agak kurang ditelusuri penimbunnya. Kalau dulu kan langsung dicari, ditangkap," lanjut dia.
Jasnita kemudian memberikan contoh beberapa tahun lalu saat para pedagang cabai dan emak-emak "berteriak" akibat harga cabai menyentuh Rp 140.000 per kilogram.
"Dulu kan kalau enggak salah cabai rawit disimpan banyak. (Sekarang) karena enggak ada berita besar (kayak dulu), jadi enggak terlalu ditelusuri, dicuekin saja. Dulu pernah Rp 140.000 per kilogram," ujar Jasnita.
Baca juga: Harga Cabai Naik, Pedagang: Dulu Penimbunnya Ditangkap, Sekarang Adem Ayem Saja...
Oleh sebab itu, Jasnita meminta pemerintah menelusuri tengkulak yang diduga menimbun cabai sehingga menyebabkan harga komoditas tersebut melambung tinggi.
Dia juga berpendapat, sebaiknya pemerintah tidak hanya berpatokan pada faktor cuaca saja yang menjadi biang keladi tingginya harga cabai saat ini.
"Iya (pengin pemerintah telusuri), biasanya kan kayak gitu. Jangan patokan sama musim kemarau," tuturnya .
(Tim Redaksi: Baharudin Al Farisi, Akhdi Martin Pratama, Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.