JAKARTA, KOMPAS.com - Teror dari pria yang gemar memamerkan alat kelaminnya di tempat umum masih terus berulang. Kelakuan cabul ini dikenal sebagai ekshibisionisme.
Ahli psikologi forensik, Kasandra Putranto, mengatakan hal ini terjadi tak lepas dari dampak masifnya paparan pornografi lewat media sosial.
Menurut dia, ekshibisionisme yang merupakan dampak pornografi dari paparan media sosial ini sering menyebabkan pergeseran nilai norma sosial dan budaya di masyarakat.
"Kemajuan teknologi memberikan kesempatan untuk melakukan perilaku menyimpang secara online," ucap Kasandra kepada Kompas.com, Selasa (21/11/2023).
Hal ini sejalan dengan pengakuan salah satu pelaku berinisial ARF (19) yang baru-baru ini ditangkap polisi karena memamerkan alat kelaminnya di Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan pengakuan pelaku, hasrat itu muncul lantaran ia suka menonton film berbau pornografi. Ditambah lagi, ARF tak ada aktivitas lain.
"Awalnya cuma gabut-gabut saja sih, habis itu kepikiran. Karena menganggur kan jadi bosan, akhirnya saya melakukan hal itu," ujar ARF, di Mapolres Metro Depok, Senin (20/11/2023).
Baca juga: Mengapa Mereka Memamerkan Alat Kelaminnya di Hadapan Publik?
Kepada polisi, ARF juga mengatakan sangat bernafsu melihat punggung perempuan. Target ARF adalah wanita yang berjalan sendirian ketika situasi jalan sedang sepi.
Agar perilaku menyimpang itu tak terjadi lagi di ruang publik, Kasandra menegaskan perlu ada pengawasan dan penegakan hukum terhadap paraekshibisionis.
"Ini demi memberikan efek jera dan mencegah perilaku berulang," ucap Kasandra.
Menurut dia, tindakan ini harus melibatkan kerjasama antara pihak kepolisian, lembaga penegak hukum, dan masyarakat untuk melaporkan dan menindak pelaku.
Baca juga: Ulah Cabul Pemuda di Depok: Pamer Alat Kelamin ke Belasan Perempuan gara-gara Kecanduan Film Porno
Kemudian, kata dia, pendidikan dalam keluarga terhadap orang tua dan anak juga penting demi memastikan pengembangan keterampilan sosial emosional.
"Terutama pada tahap perkembangan yang kritis seperti masa remaja," ucap Kasandra.
Pendidikan pada tahap ini harus dilakukan membantu memahami batasan perilaku yang tepat dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, memberikan dukungan emosional, dan mempromosikan nilai-nilai yang positif.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran tentang konsekuensi dan dampak negatif dari perilaku menyimpang juga perlu disosialisasikan.
"Bisa melalui kampanye sosial, program pendidikan di sekolah, dan penggunaan media, agar terhindar dari potensi resiko menjadi pelaku atau korban," ucap Kasandra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.