Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Orangtua yang Anaknya Meninggal karena Diduga Jadi Korban Malapraktik di RS Hermina Podomoro

Kompas.com - 12/12/2023, 07:31 WIB
Baharudin Al Farisi,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Tangis Evayanti Marbun (33) pecah saat mendatangi Rumah Sakit Hermina Podomoro, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (11/12/2023). Dia adalah ibu dari bayi berinisial HNM yang meninggal dunia karena diduga jadi korban malapraktik dari dua dokter rumah sakit tersebut.

Saat mendatangi rumah sakit itu, Evayanti didampingi suaminya, Charles dan sejumlah orang yang mengatasnamakan Tim Pembela Hukum Evayanti Marbun.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, tangis Evayanti pecah saat berteriak meminta pertanggungjawaban RS Hermina Podomoro atas kematian anaknya.

Baca juga: Sambil Menangis, Ibu Bayi Diduga Korban Malapraktik: Adik, Mama Akan Cari Keadilan untuk Kamu

“Enggak bisa hidup lagi anak saya, yang begitu gantengnya. Kamu lihat? Seganteng ini anak saya, kamu hancurkan hidupnya,” kata Evayanti sambil menangis dan memandangi foto HNM.

Sesekali ia menyeka air mata dengan punggung tangan kanannya. Suaminya yang berada di samping kanannya juga tampak berkaca-kaca.

“Kamu pembunuh! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh! Segitu gantengnya anak aku, lihat ini! Kamu harus ganti nyawa anak saya,” ujar Evayanti.

“Adik, kamu sudah di dalam kubur. Mama akan mencari keadilan untuk kamu,” tambahnya.

Cekcok

Dalam aksi itu, Evayanti bersama sejumlah orang lainnya sempat berusaha menerobos masuk RS Hermina Podomoro karena pihak manajemen tak kunjung keluar.

Namun, tindakan tersebut terhalang oleh sejumlah petugas keamanan RS Hermina Podomoro. Alhasil, cekcok mulut antara kedua belah pihak tidak terhindarkan.

Wakapolsek Tanjung Priok I Gede Ngurah bersama jajarannya sempat menangkan. Ia mengingatkan massa aksi bahwa ini sedang berada di rumah sakit yang juga digunakan oleh masyarakat umum.

“Semuanya tenang, tenang. Ini rumah sakit, tolong dihargai masyarakat yang lain. Saya mengerti,” ucap Gede.

“Hei! Coba kamu ada di posisi saya yang anaknya meninggal dunia!” timpal Evayanti kepada Gede.

Akan tetapi, adu mulut di antara mereka tidak berlangsung lama. Keluarga HNM beserta kuasa hukum akhirnya diperbolehkan masuk dan bertemu manajemen untuk mediasi.

Ini merupakan mediasi kali keenam antara kedua belah pihak setalau HNM diduga menjadi korban malapraktik.

Baca juga: Bayi di Jakut yang Diduga Jadi Korban Malapraktik Meninggal Dunia

Hasil mediasi

Setelah satu jam, keluarga dan kuasa hukum Evayanti dan Charles akhirnya keluar RS Hermina.

Ozhak Sihotang selaku salah satu kuasa hukum Evayanti mengatakan, RS Hermina Podomoro tidak ingin kasus ini diviralkan.

“Hasil akhir tadi (mediasi), mereka tidak mau diviralkan. Padahal, kenapa viral? Karena tidak didengarkan penderitaan korban ini,” kata Ozhak usai mediasi.

Untuk selanjutnya, Ozhak menyampaikan bahwa pihak RS Hermina Podomoro akan mengundang kembali kuasa hukum dan korban untuk pertemuan secara intim.

“Maka, ditentukanlah, rumah sakit akan mengundang kuasa hukum untuk bertemu secara lebih tertutup, tidak ada media dan merekam, tapi mencari solusi, bukan lagi mempertahankan kebenaran,” ungkap Ozhak.

Generasi terputus

Dalam kesempatan yang sama, Charles mengatakan, saat ini tidak ada lagi penerus marganya setelah HNM meninggal dunia.

Oleh karena itu, dia dan istrinya meminta pihak RS Hermina Podomoro bertanggung jawab atas kematian anaknya tersebut.

“Mereka harus bertanggung jawab dengan yang sudah dia lakukan terhadap anak saya. Ini anak kami terakhir. Sebagai orang Batak, ini adalah penerus kami, penerus kami putus sampai di sini,” kata dia.

“Generasi saya hilang, sampai ribuan tahun pun enggak ada lagi generasi saya,” tambahnya.

Baca juga: Anak Meninggal Diduga karena Malapraktik, Ayah Korban: Generasi Kami Putus

Diberitakan sebelumnya, Evayanti merasa bingung dengan dokter S yang tiba-tiba mengubah hari operasi caesar sebanyak dua kali, yakni 12 November 2023 dan 31 Oktober 2023.

Padahal, Hari Perkiraan Lahir (HPL) Evayanti untuk HNM ini jatuh pada 26 November 2023. Sementara, operasi caesar Evayanti akhirnya berlangsung pada 1 November 2023.

Setelah operasi caesar sebagai pasien BPJS selesai, dokter anak M di RS Hermina Podomoro menyampaikan bahwa bayi Evayanti mengalami infeksi saluran pernapasan sehingga saturasinya rendah.

Karena itu, HNM dirawat di rumah sakit, sedangkan Evayanti pulang ke rumah pada 2 November 2023.

Namun, dua hari kemudian, Evayanti mendapatkan dari RS Hermina Podomoro yang mengabarkan bahwa HNM telah sehat.

Ia meminta rekam medis HNM, tetapi pihak rumah sakit tidak memberikan. Evayanti pun pulang tanpa selembar kertas catatan medis.

Belum genap satu hari, bayinya mengalami kondisi tidak wajar. Lingkar perut HNM membesar, malas minum ASI, buang air besar berdarah, demam tinggi, dan cenderung tidur terus.

Karena itu, pada 5 November 2023, Evayanti kembali membawa HNM ke RS Hermina Podomoro untuk ditangani secepatnya.

Usai diperiksa kembali, anak Evayanti didiagnosis mengalami penyempitan usus.

RS Hermina Podomoro tidak menyanggupi tindakan operasi karena kekurangan alat medis.

Pencarian rumah sakit rujukan BPJS berlangsung sejak pukul 03.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Namun, tak ada rumah sakit yang bisa segera menangani HNM.

Pada 7 November 2023, HNM langsung dirujuk ke Rumah Sakit Hermina Daan Mogot sebagai pasien mandiri atau umum.

Namun, diagnosis dokter di RS Hermina Daan Mogot berbeda dengan dokter di RS Hermina Podomoro, yakni pembocoran usus.

Kompas.com telah menghubungi pihak Rumah Sakit Hermina Podomoro untuk meminta penjelasan lengkap terkait hal ini.

Namun, hingga berita ini ditayangkan, pihak Rumah Sakit Hermina Podomoro belum memberikan tanggapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com