Tak berselang lama, Jumadi langsung mengambil sepeda motornya dan mengantarkan Kompas.com ke Rusun Cilincing Blok D yang jaraknya berkisar 100 meter.
Kami melewati Jalan Kompleks Pelindo II yang tidak rata. Terdapat lubang di beberapa bagian dengan kedalaman bervariasi, mulai satu sentimeter hingga tiga sentimeter. Aspal jalan dominan dengan batu kerikil dan debut.
Di sepanjang Jalan Kompleks Pelindo II ini, terdapat beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) milik warga setempat. Bukan hanya itu, juga ada beberapa mobil bertudung yang tengah terparkir.
Dari jalan ini, ada atap Rusun Cilincing Blok D tampak menganga. Entah ke mana genting-genting itu yang seharusnya melindungi sinar matahari atau hujan.
“Kalau orang lain kan kebanjirannya di bawah, kalau kami mah di atas, terbalik. Makanya kasihan kalau misalnya kehujanan,” ucap Jumadi.
Saat memasuki area wilayah Rusun Cilincing Blok D, ada sejumlah anak sedang bermain bola plastik di atas lapangan bulu tangkis yang warnanya sudah memudar. Mereka bermain sambil bertelanjang dada dan kaki.
Bocah perempuan yang tidak mengikuti permainan tersebut menyaksikan mereka dari pinggir lapangan. Namun, ada juga beberapa bocah yang sedang bermain perosotan di sana.
Di lapangan badminton ini, juga dikelilingi selokan kecil yang airnya berwarna hitam. Banyak sampah plastik dan kertas yang sedang tergenang.
Di bagian kiri lapangan, terdapat Paud Anggrek Merah II. Temboknya berwarna hijau yang sudah memudar itu dipenuhi dengan coretan.
Baca juga: Anggota TNI yang Keroyok Pengurus PP KAMMI di Duren Sawit Ditangkap
Di lantai dasar Rusun Cilincing Blok D ini terdapat sebuah perkiraan motor. Meski ada lampu dan matahari masih terbit, penerangan sangat kurang.
Selain tempat parkir, juga ada beberapa warung kelontong milik warga.
Dinding lantai dasar Rusun Cilincing Blok D lagi-lagi dipenuhi dengan coretan dan bahkan acian tembok tersebut ada yang sudah terkelupas lebar.
Di salah satu pojok tempat ini terdapat kumpulan kabel-kabel yang tidak tertata rapi. Di area ini, banyak kotoran kucing, lumut hijau, sampah sehingga aromanya sangat tidak sedap.
Saya juga diantarkan Jumadi ke sebuah tangga di Blok C yang katanya diperbaiki Presiden Joko Widodo semasa beliau hendak maju sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lagi-lagi, penerangan sangat kurang.