Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Warga Kampung Bayam Paksa Masuk KSB karena Darurat, Spanduk Perlawanan Terpasang

Kompas.com - 20/12/2023, 05:29 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 64 kepala keluarga (KK) eks warga Kampung Bayam memaksa masuk ke dalam hunian Kampung Susun Bayam (KSB), Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Mereka yang mengatasnamakan Kelompok Tani Kampung Bayam Madani itu mulai memasuki hunian KSB pada akhir November, setelah tinggal di pelataran sejak 13 Maret 2023.

Alasan

Ada beberapa alasan yang membuat mereka menerobos masuk unit-unit KSB, salah satunya keadaan darurat atau alasan bertahan hidup.

“Kami hidup di pelataran itu juga harus memerhatikan hidup, tanpa lampu dan air, kesehatan, dan pendidikan anak-anak,” ungkap Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani, Furqon (45), kepada Kompas.com, Selasa (20/12/2023).

Baca juga: 1 Bulan Tinggal di Rusunawa Nagrak, Eks Warga Kampung Bayam: Kami Berproses untuk Kehidupan di KSB

Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola kawasan harus memperhatikan ruang hidup yang dibutuhkan warga.

“Artinya, ini kebutuhan kami yang sudah menjadi hak, yakni penataan kampung kumuh yang telah dibuat dan diresmikan oleh Pak Anies,” ucap Furqon.

Selain alasan darurat, Furqon mengeklaim bahwa setiap warga telah mendapatkan surat keputusan (SK) untuk menempati hunian.

“Ini bukan alasan. Tapi, kami berteriak agar mereka membuka mata hati mereka. Coba kalau posisi mereka ditukar dengan kami. Bagaimana?” tutur Furqon.

Anak susah belajar

Dengan keadaan ini, mereka terpaksa urunan bensin genset demi mendapatkan aliran listrik di KSB.

Aliran listrik dibutuhkan terutama oleh anak sekolah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah setiap malam.

Baca juga: Pemprov DKI Relokasi 15 Keluarga Eks Warga Kampung Bayam ke Rusun Nagrak

“Ya berupaya kami. Sekarang tanpa ada listrik, ya kami ada genset. Dengan keterbatasan ekonomi, kami patungan. Iya, swadaya warga. Inilah di sini, sangat miris,” kata Furqon..

Biasanya, genset tersebut beroperasi mulai dari pukul 19.00 WIB hingga 06.00 WIB atau sampai bensin habis.

Ambil air dari proyek

Bukan hanya listrik, warga eks Kampung Bayam yang berhuni di KSB ini juga mengaku kesulitan air bersih.

Mereka pernah mengambil air bersih di toilet Jakarta International Stadium (JIS). Namun, petugas keamanan tidak memperbolehkannya.

“Akhirnya di sebelah barat itu ada air keran di dekat proyek, kami pergunakan itu,” ujar Furqon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com