JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana khidmat terasa saat umat katolik melaksanakan misa Natal di Gereja Katedral Jakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (25/12/2023).
Sekitar 3.000 jemaat memenuhi gereja ketika misa pontifikal digelar pada pukul 08.30 WIB.
Misa pontifikal dipimpin langsung oleh Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo.
Baca juga: Wisata Malam Hari di Monas Week, Ada Air Mancur Menari dan Video Mapping Bertema Natal
Ia mengajak jemaat untuk berdoa, menyanyikan lagu-lagu, hingga menyampaikan khotbah dengan penuh kekhidmatan.
Ia turut mengucapkan selamat Natal kepada umat yang hadir.
"Saya ingin mengucapkan selamat Hari Raya Natal. Semoga Kristus yang damai sungguh hadir membawa damai di tengah keluarga dan komunitas kita," ujar Suharyo saat membuka misa Natal.
"Dan semoga keutamaan-Nya sebagai manusia mendorong kita semua untuk semakin teguh dan setia mengikuti Dia," tambahnya.
Baca juga: Gembiranya Anak-anak Rayakan Natal 2023 di Gereja Katedral Jakarta, Dapat Hadiah dari Sinterklas
Suharyo mengungkapkan, manusia hidup berlandaskan etika dan moralitas. Ini diungkapkannya, saat menyampaikan makna di balik tema Natal 2023, "Kemuliaan kepada Allah dan Damai Sejahtera di Bumi".
Menurut dia, salah satu hal yang tengah diperbincangkan belakangan ini ialah etika dan moralitas.
"Dari mana asal-usul yang mewajibkan kita untuk terus melandaskan hidup kita pada etika yang baik dan benar," kata dia.
Suharyo menjelaskan, akar permasalahan tersebut merujuk pada tiga hal, yakni khalik, makhluk, dan akhlak.
Ketiga unsur tersebut menunjukkan bagaimana manusia seharusnya bersikap termasuk kepada Tuhan dan sesama makhluk.
Baca juga: Pimpin Misa Natal di Katedral, Kardinal Suharyo: Seperlima Anak Kita Mengalami Kekurangan Gizi
"Sebagai makhluk, dia mempunyai hubungan dengan sang khalik, sang pencipta. Maka di hadapan sang khalik, manusia yang adalah makhluk itu tanggung jawabnya adalah sembah sujud," tutur Suharyo.
Selain itu, ia berpesan supaya manusia sebagai makhluk bisa berbakti kepada sesama.
Dia menyebut, akhlak manusia bakal terpancarkan dengan adanya kemuliaan yang dilakukan dalam kepeduliannya.
"Kalau dikatakan manusia tidak berakhlak itu bukan pujian. Itu artinya dia menyalahi dirinya sebagai makhluk karena sebagai makhluk dia harus bersembah sujud kepada Allah," kata dia.
Baca juga: Syukur Jemaah Bisa Misa Malam Natal 2023 di Katedral, Terasa Seperti Sebelum Pandemi
Bertepatan dengan perayaan Natal 2023, Suharyo juga meminta umat Katolik tidak golput saat Pemilu 2024.
Pesan Pemilu damai ini disampaikan agar jemaat memilih calon presiden dan calon wakil presiden dengan cerdas.
“Kepada umat Katolik, silakan datang untuk ikut memilih calon-calon pemimpin kita. Dengan suara hati masing-masing, tidak ada paksaan. Kalau saya mengatakan ‘pilih ini (calon presiden)’ nanti saya di-kartu merah oleh Paus,” ujar Suharyo.
Ia pun mengimbau jemaat menentukan pilihan pemimpin negara sesuai hati nurani. Suharyo kemudian mengingatkan agar jemaat memilih pemimpin dengan mempertimbangkan segala aspek.
"Karena sudah diumumkan lembaga resmi berwenang kita juga mesti menjaga persatuan, tetap damai, karena ciri yang sangat istimewa dari bangsa kita adalah persatuan," ungkap dia.
Baca juga: Misa Malam Natal, Pemuda Muslim Bantu Amankan dan Sebrangi Jemaat Katedral Jakarta
Dalam kesempatan itu, Suharyo turut menyampaikan supaya umat Katolik tidak membuang-buang makanan.
Pasalnya, banyaknya sisa makanan yang dibuang mencapai angka Rp 300 triliun. Padahal, 21,6 persen anak di Indonesia masih mengidap stunting.
"Memang makanan yang dibuang sebagai sampah pada tahun 2022 kalau di-rupiah-kan jumlah Rp 330 triliun," jelas Suharyo.
"Sementara anak-anak kita kurang gizi, makanan yang dibuang sekian banyak," imbuh dia.
Oleh karena itu, Suharyo meminta umat Katolik menyadari bahwa membuang makanan sama dengan merampas hak orang lain.
Baca juga: Pesan Natal 2023, Uskup Agung Sampaikan Manusia Harus Hidup Berlandaskan Etika
Dia mengajak umat lebih peduli kepada sesama dengan tidak membuang makanan.
"Kadang-kadang matanya lebih besar dari pada perutnya. Dipesan tetapi nanti tiga perempat (porsinya) dibuang, hanya sedikit saja yang dicicipi. Itu termasuk dosa merampas hak orang miskin," tuturnya.
Ia pun berpandangan, perbaikan gizi pada anak untuk mencegah stunting bukan hanya tanggung jawab negara, melainkan juga kesadaran masyarakat.
Suharyo lalu menyoroti temuan banyaknya orangtua yang justru membiarkan anak mereka stunting agar mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
"Alasannya supaya kalau anak-anak itu tetap stunting, tetap kurus, tetap kurang gizi. Itu kan di luar pemikiran kita. Mestinya bantuan kepada anak-anak ya sampai, pada nyatanya tidak," papar Suharyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.