Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Sebatang Kara di Kota Rentan Mati dalam Sunyi, Pakar: Buntut Rumah Hanya Sekadar Tempat Tidur

Kompas.com - 15/01/2024, 15:16 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kematian dalam sunyi dinilai sangat rentan terjadi di tengah masyarakat yang hidup di kawasan perkotaan.

Ketua Departemen Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menilai hal ini tak lepas dari perubahan gaya hidup dan tuntutan ekonomi masyarakatnya.

Sebab, kata Ubedilah, masyarakat perkotaan atau mungkin juga suburban biasanya perkembangan sosial ekonominya yang terus melaju.

Baca juga: Fenomena Sebatang Kara Mati dalam Sunyi Mencuat, Pakar: Kompleksitas Problem Individu Sekaligus Sosial

"Seiring dengan pergeseran mata pencaharian atau profesi seringkali terjadi semacam pengabaian terhadap ruang-ruang sosial kultural di tempat tinggalnya," ucap Ubedilah kepada Kompas.com, Senin (15/1/2024).

Dalam hal ini, Ubedilah memandang, biasanya rumah atau tempat tinggalnya hanya dijadikan sebatas tempat tidur setelah bekerja seharian atau mengais rezeki di tengah tuntutan sosial ekonomi yang berat.

"Ketika rumah hanya dijadikan sekadar tempat tidur, maka sesungguhnya tidak ada ruang sosial yang tumbuh," ucap dia.

Jika hal ini terjadi, maka anggota masyarakat yang ada di dalamnya hanya akan hidup masing-masing.

Mereka, kata Ubedilah, cenderung lebih suka hidup dalam sunyi di tengah kerumunan manusia-manusia bisu.

Baca juga: Kematian Sunyi Para Sebatang Kara Masih Terjadi, Alarm Bahaya Kehidupan Sosial Kita

"Ini situasi sosial yang dalam jangka panjang sebenarnya akan sangat mengerikan jika letupan sosial terjadi," ungkap Ubedilah.

Contoh kasus kematian dalam sunyi ini pun tidak sedikit. Sepanjang 2023 saja, setidaknya ada empat kasus yang terekspos publik. Tahun ini sudah ada dua kasus serupa.

Teranyar, seorang lansia berinisial CW (74) ditemukan tewas dalam keadaan membengkak di rumahnya Jalan Singgalang, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2024).

Sebelumnya, seorang dokter berinisial Z (65) ditemukan tak bernyawa di rumahnya daerah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (11/1/2024) siang.

Semuanya hampir punya kesamaan kondisi, yakni tinggal sebatang kara. Dokter Z misalnya, ia tinggal seorang diri di rumah yang tidak terurus milik kakaknya.

Baca juga: Nestapa Lansia di Depok yang Meninggal dalam Kesunyian di Rumah Penuh Sampah

"Korban tinggal di rumah milik kakaknya yang sudah tidak layak untuk dihuni," ucap Kapolsek Ciputat Timur Komisaris Kemas Arifin, Kamis (11/1/2023).

Kondisi serupa juga dirasakan CW hingga akhir hayatnya. Korban ditemukan oleh saudara yang hendak berkunjung ke rumahnya.

"Korban tinggal sendirian dan saat saksi AZ yang merupakan saudaranya, akan masuk ke dalam rumah, tidak ada jawaban," kata Kapolsek Cimanggis Komisaris Judika Sinaga, Minggu (14/1/2024).

Melihat sedang meningkatknya fenomena kematian dalam sunyi, Ubedilah menilai hal itu harus menjadi peristiwa publik yang harus segera menjadi perhatian.

"Harus jadi perhatian serius semua pihak, karena bukan sekedar persoalan privat tetapi persoalan publik," ucap Ubedilah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Megapolitan
Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja 'Video Call' Ibunya Saat Diciduk Warga

Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja "Video Call" Ibunya Saat Diciduk Warga

Megapolitan
Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Megapolitan
Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com