TANGERANG, KOMPAS.com - Kerusakan tampak terjadi pada permukaan Jalan Raya Dadap dan Jalan Perancis di Persimpangan Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (24/1/2024).
Berdasarkan pantauan Kompas.com, beberapa bagian permukaan aspal Jalan Raya Dadap dari Desa Cengklong menuju Desa Jati Mulya sudah jarang terlihat.
Alhasil, beton Jalan Raya Dadap kini terlihat jelas. Hal ini mengakibatkan permukaan jalan bergelombang karena lapisan aspal yang tersisa memiliki perbedaan ketinggian dengan beton di bawahnya.
Baca juga: Baru Beberapa Bulan Diperbaiki, Aspal Jalan Raya Dadap Kembali Rusak
Dengan begitu, tidak sedikit pengendara sepeda motor berhati-hati dan berusaha mempertahankan keseimbangannya.
Kendati demikian, ada beberapa pengendara sepeda motor yang memilih berkendara secara meliuk-liuk untuk menghindari jalan bergelombang.
Sedangkan di seberang Klinik Utama Dadap Putih menuju area proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, aspal Jalan Perancis sudah tidak terlihat.
Bahkan, permukaan beton di Jalan Perancis ini sudah rusak parah.
Lubang di seberang Klinik Utama Dadap Putih memiliki diameter sekitar 10 sentimeter dengan kedalaman 3 sampai 4 sentimeter. Pada lubang tersebut terdapat sisa air berwarna kecoklatan.
Baca juga: Warga Keluhkan Jalan Rusak di Simpang Dadap Tangerang, Bahayakan Pengendara Motor
Untuk Jalan Perancis dari Klinik Utama Dadap Putih menuju proyek PIK 2, warga setempat tampak jarang melintasinya karena sudah merupakan area pergudangan.
Arus lalu lintas di Persimpangan Dadap cukup ramai. Kendati demikian, tidak ada kemacetan yang sampai membuat kendaraan berhenti total.
Volume kendaraan di Persimpangan Dadap didominasi dengan sepeda motor dan truk.
Saat berada di Persimpangan Dadap tepatnya di sebuah warung kopi, Kompas.com kerap mengelap layar ponsel karena debu-debu jalanan terus berdatangan.
Warga sekaligus pedagang di Persimpangan Dadap, Masud (65), mengungkapkan bahwa Jalan Raya Dadap kembali rusak setelah beberapa bulan lalu baru saja diperbaiki.
Kata Masud, perbaikan Jalan Raya Dadap ketika itu dilakukan bersamaan dengan pembangunan Jembatan Dadap yang letaknya tak hanya beberapa meter dari Pasar Dadap.
“Jembatan juga ada baru beberapa bulan. Iya, Jembatan Dadap. Itu baru berapa bulan. Ya sekitar empat bulanlah. Itu (Jalan Raya Dadap) sudah rusak lagi, sudah berlubang,” kata Masud saat ditemui Kompas.com di depan warungnya, Rabu.
Baca juga: Jalan di Persimpangan Dadap Rusak, Warga Duga karena Sering Dilalui Truk
Kendati demikian, Masud berujar, perbaikan Jalan Raya Dadap tidak sekaligus dengan Jalan Perancis dari depan Klinik Utama Dadap Putih menuju area proyek PIK 2. Kata dia, hal itu dikarenakan beda penanggung jawab.
“(Perbaikannya sudah) Lama sih, sekitar lima atau enam tahun. Tapi ya jalan begini saja, soalnya mobilnya (truk) gede-gede, mobil tanah merah semua,” ucap Masud.
Dalam kesempatan berbeda, warga sekaligus pengemudi ojek online (ojol) bernama Maruf (50) mengaku sudah terbiasa dengan jalanan di kawasan Dadap yang rusak.
“Iya (terbiasa), apalagi ini trayeknya, jalannya (dilalui) mobil-mobil (truk bermuatan) tanah,” ungkap pria yang sejak lahir sudah bermukim di kawasan Dadap.
Meski masih banyak lubang dan bergelombang, menurut Maruf, kondisi jalanan di kawasan Dadap sudah sangat berubah jika dibandingkan dengan masa lampau.
Baca juga: Saking Seringnya, Warga Terbiasa Lihat Jalan Rusak di Persimpangan Dadap Tangerang
“Iya (dari dulu sudah memang sering berlubang. Ya namanya kawasan industri kayak begini kan, jalannya kan enggak kuat lama. Paling berlubang, nanti ada perbaikan. Gitu saja,” tutur Maruf.
Mengenai debu-debu yang “bergentayangan” di udara dan siap menghinggapi paru-paru manusia, Maruf memastikan bahwa warga setempat tidak ada keluhan soal penyakit.
Ia menyebutkan, masyarakat Dadap sudah terbiasa sehari-hari hidup berdampingan dengan debu.
“Karena sudah kebiasaan, jadi kayaknya, biasa saja. Jadi, enggak ada keluhan dari ini (penyakit). Paling ya keluhan dari masyarakat, rumahnya pada kotor, debu-debu. Kalau soal penyakit, kayaknya hampir enggak kedengeran,” imbuh Maruf.
Baca juga: PT KAI Tambah Kereta Tujuan Garut dan Banjar dari Stasiun Gambir, Harga Tiket Mulai Rp 156.000
“Iya (hidup berdampingan), dari pembangunan kawasan pergudangan sampai pembangunan pantai indah kapuk, sampai sekarang ini, kayaknya sudah biasa saja. Jadi, keluhan masyarakat, 'Jalannya dibenerin', ya dibenerin. Ya enggak kayak dulu, sekarang lebih enak,” lanjutnya dengan santai.
Bahkan, Maruf sudah memaklumi dengan truk-truk yang menjadi biang kerok penyebab jalanan menjadi rusak.
“(Penyebabnya) Kendaraan roda empat yang paling berat. Truk tanah. Namanya kawasan industri, bagaimana sih? Mobilnya enggak ada yang kecil, kontainer, muatannya berton-ton,” kata dia.
Meski begitu, Masud dan Mafur memiliki harapan yang sama. Mereka menginginkan jalanan di kawasan Dadap menjadi rapi dan bagus.
“Ya harapan sebagai warga, ya jalan rapi, bersih, enggak kayak sekarang ini. Semua orang kan pasti penginnya kayak gitu. Ya harapan. (Tapi) ya ini kan hanya harapan warga. Tapi, yang berwenang dari pemerintah,” pungkas Maruf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.