Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Prabowo-Gibran Melejit di TPS 054 Cakung, Petugas Sempat Tak Bisa Verifikasi Data

Kompas.com - 16/02/2024, 13:16 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perolehan suara Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di TPS 054 Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, tiba-tiba melejit di aplikasi Sireka.

Prabowo-Gibran memperoleh 748 suara, sementara Ganjar-Mahfud 160 suara. Nyatanya, berdasarkan penghitungan di TPS, masing-masing memperoleh 74 suara dan 16 suara.

Petugas KPPS yang bertugas sebagai pengunggah data ke Sirekap di TPS 054, Teguh (26), menjelaskan, ia sempat tidak bisa memverifikasi data sesuai dengan form C yang sudah diunggah.

Baca juga: Sempat Menggelembung di Sirekap, Suara Prabowo-Gibran di TPS 026 Kembangan Sudah Direvisi

"Di kategori Presiden dan Wakil Presiden, saya enggak bisa sama meriksa sama sekali," kata dia kepada Kompas.com di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (15/2/2024).

Teguh kemudian menceritakan proses dirinya memasukkan hasil penghitungan manual surat suara Pemilu 2024 ke aplikasi Sirekap.

Pada Rabu (14/2/2024) sekitar pukul 13.30 WIB, penghitungan surat suara dimulai di TPS 054 dan selesai pukul 14.30 WIB.

Teguh langsung mulai mengunggah foto-foto formulir C ke dalam aplikasi Sirekap. Ia memulainya dengan kategori Presiden dan Wakil Presiden.

Namun, saat hendak memotret formulir C, Teguh terus dikeluarkan dari akun Sirekap. Ini terus terjadi sampai pukul 15.30 WIB.

Baca juga: Sirekap Bikin Suara Capres Menggelembung, KPPS: Di Kota Saja Bermasalah, Gimana Pelosok...

"Kan enggak mungkin nungguin saya kelar upload (kategori Presiden dan Wakil Presiden) dulu. Akhirnya saya pindah ke DPR RI," tutur dia.

Setelah selesai semua, Teguh kembali mencoba di kategori Presiden dan Wakil Presiden. Data berhasil dimasukkan.

Namun, keterangan berlogo kamera, awan, dan centang, sudah berwarna hijau.

Untuk diketahui, masing-masing logo menunjukkan proses petugas KPPS memasukkan data.

Logo kamera menandakan bahwa foto formulir C telah diambil, awan menandakan foto telah diunggah ke Sirekap, dan centang menandakan foto telah diverifikasi.

Saat tiga logo itu berwarna hijau, artinya Sirekap telah menerima data dari foto dalam bentuk tertulis. Kemudian, pengunggah sudah memverifikasi data yang diterima Sirekap.

Baca juga: Sebut KPU Tak Siap Pakai Sirekap, Gerindra Bogor: Pelaksanaan Berantakan, Server Down

"Bisa diunggah, tapi enggak bisa diedit (diverifikasi) karena tulisannya (warna keterangan pada tiga logo) sudah hijau," papar Teguh.

"Kalau di (kategori) DPR (dan kategori lainnya), kalau menurut aplikasi itu salah atau aplikasi ragu baca datanya, tulisannya merah dan bisa diganti (data yang salah). Ini enggak bisa sama sekali," sambung dia.

Ketika ingin mengklik "detail" untuk melihat data yang diterima Sirekap dari formulir C, serta memverifikasi data antara keduanya, Teguh tidak bisa melakukannya.

Justru, ia dibawa ke laman bertuliskan "Terjadi kesalahan dalam pengambilan data gambar".

Sehingga, Teguh tidak mengetahui apakah jumlah suara yang diperoleh masing-masing capres-cawapres di Sirekap sesuai dengan formulir C yang telah diunggah atau tidak.

"Untuk kategori DPR, DPRD, dan DPD masih bisa dibenerin (diverifikasi), kecuali kategori Presiden dan Wakil Presiden," ujar Teguh.

Baca juga: Perolehan Suara Capres di TPS 054 Cakung dalam Sirekap Malah Meleset

Sebagai contoh, seorang calon anggota legislatif (caleg) berinisial Y juga menjadi korban dalam kesalahan Sirekap.

Dalam penghitungan suara manual, ia hanya dipilih oleh satu DPT alias 001.

Namun, dalam Sirekap, Y tercatat sebagai caleg dengan perolehan suara 881. Dengan kata lain, ia dipilih oleh 881 DPT.

"Kalau penghitungan manual, dia cuma dipilih satu orang. Sedangkan di aplikasi, kebacanya terserah si aplikasi saja," kata Teguh.

"Ini yang salah sudah saya benerin karena sistemnya enggak kayak kategori capres-cawapres yang enggak bisa dibenerin (kalau ada data suara yang salah). Ini bisa dibenerin," imbuh dia.

Dengan kata lain, apa yang tertulis dalam form C belum tentu tercatat demikian dalam sistem Sirekap.

Terkait dugaan penggelembungan suara, Teguh menepisnya.

"Bicata realita, DPT saya 245. 748 kan enggak mungkin banget terjadi. Semua ini aplikasi Sirekap yang baca, bukan saya asal nulis 748," tegas Teguh.

Baca juga: Petugas KPPS Sebut “Error” pada Sirekap Memperberat Tugasnya, Jadi Kerja Dua Kali

Teguh meyakinkan, kesalahan bukan pada dirinya. Sebab, ia telah memasukkan data dengan benar. Proses memasukkan data itu pun disaksikan oleh petugas lainnya.

"Kalau saya mau menggelembungkan suara, misal Pak Anies dapat suara seratus berapa, saya tinggal kurangin, lalu itu saya masukin ke Prabowo. Tapi ini kan sudah melebihi DPT. Enggak mungkin," lanjut dia.

Dikonfirmasi secara terpisah, Koordinator Divisi Pencegahan dan Partisipasi Masyarakat Bawaslu DKI Burhanuddin mengatakan, bahwa itu hanya kesalahan yang terjadi pada sistem Sirekap.

Saat ini, kesalahan dalam menginput itu telah diperbaiki. Data pada sistem Sirekap untuk TPS 054 Cakung, Pulogebang, Jakarta Timur telah diperbaiki.

"Iya, banyak kesalahan sistem Sirekap, sehingga diriset ulang. Banyak KPPS yang tidak menggunakan Sirekap," kata Burhanuddin, Kamis.

"Kalau (masalah) ini memang sudah pasti tidak wajar, karena melebihi jumlah pemilih di TPS. Pemilih di TPS kan paling banyak 300," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Megapolitan
Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 17 Mei 2024 dan Besok: Siang ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com