JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah dispenser berisi cairan merah dan es batu menarik perhatian saat matahari sedang terik-teriknya di Bazaar Jakpreneur di Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/2/2024).
Pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bernama "Alika Food" itu segera berdiri dari duduknya dan menyambut Kompas.com saat menghampiri gerainya.
"Boleh, Kak. Ini es semangkanya enggak pakai gula," kata sang pemilik, Mega Murhatini (49).
Baca juga: 38 Rumah Tahan Gempa di Bogor Bisa Digunakan Mulai April 2024
"Berapa, Bu?" tanya Kompas.com.
"Rp 8.000 saja," jawab dia.
Tepat seperti apa yang dikatakannya, rasa es semangka itu pas.
Tidak terlalu manis, tetapi juga tidak terlalu hambar. Cocok diminum sebagai pelepas dahaga di tengah hari.
Setelah Kompas.com membayar, kami berbincang-bincang ringan.
Mega memulai usaha kuliner ini pada akhir 2018. Kala itu, ia mendapat rekomendasi dari tetangganya untuk bergabung dengan Jakpreneur.
"Enggak semuanya bisa berdagang di rumah. Waktu gabung Jakpreneur tahun 2018 itu enggak lama pandemi. Di Jakpreneur, ada bazar-bazar, jadi ada medianya (untuk berjualan)," tutur Mega.
Baca juga: Pedagang Es Krim di Bekasi Dijambret, Warga: Semoga Ketangkap Biar Kapok
Ia bersyukur bisa mendapat pembinaan, mulai dari hard skill, soft skill, hingga bantuan alat. Sebab, bantuan alat itu membuatnya hemat anggaran hingga Rp 5 juta.
"Modal awal sekitar Rp 5 juta. Kalau betul-betul pakai alat itu enggak cukup Rp 10 juta. Misalnya, untuk gerobak, tenda, dan lain-lain itu (biayanya) lebih dari Rp 10 juta," ujar dia.
Selain itu, salah satu pembinaan yang berkesan baginya adalah kelas untuk mengedit media promosi.
"Contohnya diajarin ngedit media untuk promosiin jualan kami. Mereka menyediakan tutornya, kami coba," celetuk dia, semringah.
Mega juga merasa bisa mendapat lebih banyak teman dengan berjualan melalui bazar. Biasanya, ia berbagi tenda dengan pedagang UMKM lain.
Baca juga: Jembatan Situ Gede Hampir Ambruk, Warga Harus Bergantian untuk Menyeberang
"Paling berkesan itu kebersamaan sama pedagang lain. Kalau ada apa-apa saling menguatkan," ucap Mega.
Selain es semangka, Mega menjual nasi bakar berbagai varian seharga Rp 12.000 dan macaroni schotel seharga Rp 30.000.
Di tengah gempuran harga besar yang melonjak di sana-sini, Mega juga menjadi salah satu korbannya.
Ia mengeluhkan harga beras yang mahal.
Sebab, jika biasanya hanya sekitar Rp 10.000-11.000 per kilogram, kini dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 14.000 untuk satu kilo.
Baca juga: Kurangi Jajan Anak gara-gara Harga Beras Naik, Emak-emak: Pemerintah Mah Enak Duitnya Banyak
Mega tak merinci berapa kilogram yang dia butuhkan untuk sekali berjualan.
Pasalnya, ia tidak mematok berapa porsi yang harus disiapkan untuk setiap bazar.
"Enggak bisa ditentukan, menyesuaikan di lapangan. Lihat dulu peserta dan segmentasi pasarnya," tutur dia.
Untuk tetap mempertahankan dagangan dan pelanggannya, Mega memilih untuk mengurangi porsi ketimbang menaikkan harga.
Sebab, dia tak ingin pelanggannya berkurang.
"Menyiasatinya ya dengan mengurangi ukuran, daripada menaikkan harga," tutur ibu empat anak sambil tersenyum miris.
Menurutnya, omzet kotor makanan tidak terlalu besar. Dia tidak merinci jumlahnya secara spesifik, tetapi besarannya di bawah Rp 1 juta.
Baca juga: Dilema Yuyun di Tengah Kenaikan Harga Beras: Lama-lama Lontong Saya kayak Momogi...
Berbeda dengan minuman. Jika menjual minuman berbagai rasa, ia bisa untung hingga jutaan rupiah.
"Yah kalau minuman sekitar Rp 2,5 juta kotor. Kalau makanan di bawah Rp 1 juta," kata Mega.
Kendati demikian, Mega mencoba untuk tidak terlalu mempersoalkan banyaknya pembeli yang datang setiap kali berdagang di bazar.
Prinsipnya saat berdagang adalah untuk menikmati proses saat berjualan. Menurut dia, rezeki akan datang saat hati senang.
"Kalau bukan rezeki saya ya rezeki orang lain. Enjoy aja mau seperti apa. Bisa saja kalau siang hari pembeli datang sedikit, tahu-tahu malamnya bisa aja dapat rezeki," ujar Mega.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.