Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Angkot: Sejak Zaman Jokowi, Kalau Istri Enggak Bantu Kerja, Hidup Sengsara

Kompas.com - 21/03/2024, 10:49 WIB
Baharudin Al Farisi,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir angkot bernama Hasan Basri (55) membandingkan pendapatannya per hari pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo sejak hampir 10 tahun terakhir ini dengan presiden sebelumnya.

Hasan berujar, pekerjaan sopir angkot sempat menjadi primadona para perantau pada periode ‘90-an karena dianggap menjanjikan dibandingkan dengan pegawai negeri sipil (PNS).

“Kalau zaman dulu, sampai zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), itu masih enak sopir angkot. Waktu zaman SBY, pendapatan bersih kami masih Rp 100.000 per hari,” kata Hasan saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Baca juga: “Kalau Dulu, Lebih Bagus Sopir Angkot daripada PNS”

“Kalau sekarang ini, sejak zaman Presiden Jokowi, ya bagian (sopir) angkot ini, ya benar-benar menurun,” ujar Hasan melanjutkan.

Kondisi ini memaksa Hasan memperbolehkan istrinya untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Sebab, Hasan dan pendamping hidupnya itu khawatir diusir pemilik kontrakan.

“Kita punya keluarga, istri bantuin (kerja) juga. Kalau enggak membantu, entar kita malah diusir orang (pemilik) kontrakan,” ungkap Hasan.

Hasan tak menampik bahwa keadaan saat ini membuatnya terimpit. Biaya hidup untuk bertahan di Ibu Kota terkadang tak terbendung seiring dengan naiknya harga pangan di pasar.

“Dapat Rp 40.000, Rp 50.000, Rp 70.000 sekali narik. Nah, biaya makan gadang (besar) sekarang, gede biaya kehidupan. Jadi enggak imbang. Kalau keluarga enggak dibantu (kerja) sama istri, (hidup) bakalan sengsara,” imbuh Hasan.

Baca juga: Kisah Sopir Angkot, Kini Sengsara tetapi Pernah jadi Profesi Primadona

Hasan memastikan, semua para sopir angkot di Jakarta juga merasakan hal serupa. Ia pun menantang untuk bertanya hal serupa kepada sopir angkot yang lain.

"Susah, cari setoran saja terkadang mengutang. Besok baru dapat duit, tombok lagi. Enggak dapat duit (pendapatan), pakai duit setoran (buat biaya sehari-hari). Besoknya kita cicil Rp 10.000 per hari, terus gitu," ungkap dia.

Hasan mengungkapkan, istrinya bekerja sebagai pengamen berkostum badut. Sehari-hari, istri bekerja bersama anak bungsunya yang masih berusia tiga tahun.

"Dia (istri) sudah melamar jadi tukang cuci, dan lain-lain. Tapi sudah penuh semua. Dia dulu Go Clean, karena melahirkan, enggak bisa lagi waktu itu. Sekarang melamar jadi pembantu rumah tangga, enggak diterima," kata Hasan.

Kini, Hasan dan keluarga bermukim di salah satu kontrakan di wilayah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Baca juga: Keluh Sopir Angkot di Jakarta: Cari Setoran Saja Terkadang Harus Utang

"Kontrakan satu petak. Kamar mandi di luar. Biaya sewa per bulan itu Rp 800.000. Saya punya anak dua, anak pertama saya SMP swasta, itu banyak pengeluarannya," ungkap Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com