Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ngabuburit ke Masjid Kubah Emas, Tempat Ibadah yang Adopsi Gaya Arsitektur Timur Tengah

Kompas.com - 21/03/2024, 15:41 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Jika Anda sedang berada di daerah Meruyung, Depok, sempatkan diri berkunjung ke Masjid Kubah Emas, masjid megah nan elok yang diresmikan pada 2006.

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri mulai dibangun April 1999 dan diresmikan pada 31 Desember 2006. Proses pembangunan hampir tujuh tahun hingga akhirnya masjid mulai dapat digunakan masyarakat umum.

"Masjid Kubah Emas ini mengadopsi gaya arsitektur masjid Timur Tengah, kayak Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsa," kata pengurus Masjid Kubah Emas Eko Sukarno saat diwawancarai Kompas.com.

Eko mengungkapkan, desain konsep Timur Tengah dapat dilihat dari lengkungan-lengkungan pilar yang ada di tiang selasar masjid.

Baca juga: Masjid Kubah Emas Depok, Dibangun Megah Tanpa Hitung Biaya untuk Ingat Kebesaran Tuhan

Takjil untuk berbuka puasa yang disediakan di Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas yang berlokasi di Jalan Raya Meruyung, Sawangan, Depok. Foto diambil pada Senin (5/6/2017).Kompas.com/Alsadad Rudi Takjil untuk berbuka puasa yang disediakan di Masjid Dian Al Mahri atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Kubah Emas yang berlokasi di Jalan Raya Meruyung, Sawangan, Depok. Foto diambil pada Senin (5/6/2017).

"Lalu, kalau di Masjidil Haram granit masjidnya didominasi warna hitam dan putih, nah di sini paling tidak menyamai hal itu," ujar Eko.

Selain itu, kepala kolom pilar masjid juga mengikuti konsep masjid Timur Tengah sebab disertai ukiran-ukiran dan dilapisi emas prada (emas tempel).

Bangunan masjid berkapasita hingga 10.000 jamaah dengan luas 8.000-10.000 meter persegi ini menghadirkan beberapa material impor demi mendukung konsep masjid yang megah ini.

"Granit-granit yang digunakan dalam bangunan masjid didatangkan dari luar negeri, beberapa di antaranya seperti granit dinding, marmer, dan tiang," tutur Eko.

Baca juga: Dian Al Mahri, Pendiri Masjid Kubah Emas yang Dikenal Dermawan

Berdasarkan ingatan Eko, granitnya berasal dari Italia dan Turki. Sedangkan untuk emas yang ada di kubah berasal dari Italia.

"Yang bikin lampunya dia (Austria) di sana, tapi yang masang di sini juga pihak sana," imbuhnya.

Di dalam masjid, pengunjung dapat melihat dengan jelas dekorasi awan-awan yang mengelilingi sisi dalam kubah yang membuat suasana masjid semakin sejuk.

Akan tetapi, menurut Eko, daya tarik utama masjid terletak pada kubahnya yang emas dan bisa dikatakan menjadi masjid pertama dan pembeda di antara masjid lain di Indonesia.

"Banyak yang bertanya kenapa harus dipakai emas. Sederhananya, pendiri itu ingin membangun masjid yang lebih bagus dan indah dari tempat tinggal beliau. Oleh karenanya, beliau berinisiasi melapis kubah dengan emas," jelas Eko.

Baca juga: Tips Ngabuburit ke Masjid Kubah Emas

Dia menegaskan, material emas pada kubah Masjid Kubah Emas bukan emas gelondongan, melainkan lapisan emas menggunakan teknik mosaik (ditempel dengan perekat).

"Sebenarnya, itu seperti kubah biasa yang dari rangka baja lalu diolesi adukan lem. Setelah itu, mosaik emasnya baru ditempelkan dan nanti dikasih nat lagi untuk merekatkan," terang Eko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com