JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat isu berkelanjutan Sigmaphi, Gusti Raganata menilai, teknologi refuse derived fuel (RDF) tidak tepat untuk mengatasi masalah sampah di Jakarta.
"Teknologi RDF tidak tepat untuk mengatasi masalah sampah di Jakarta," ujar Gusti ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (4/4/2024).
Baca juga: Pemprov DKI: Groundbreaking RDF Plant Rorotan Setelah Pengumuman Kontraktor
Rencananya, teknologi RDF Plant ini akan dibangun di Rorotan, Jakarta Utara oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tahun ini.
Menurut Gusti, RDF Plant hanya mampu mengelola 20 persen dari total sampah di DKI Jakarta.
"Contohnya total sampah 2.200 ton, maka RDF hanya dapat mengolah sampah sebesar 440 ton dan masih menyisakan sampah basah sekitar 1.760 ton," sambung dia.
Sisa sampah itu pun akan menjadi tumpukan sampah baru nantinya.
Jika tumpukannya sudah overload, berpotensi menyebabkan bencana lingkungan, antara lain longsor, kebakaran, ledakan, dan pencemaran udara.
Gusti menambahkan, teknologi RDF sudah seringkali gagal diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia.
Baca juga: Pembangunan RDF Plant Rorotan Diharapkan Berlangsung Mulai Maret 2024
"Teknologi RDF terbukti tidak berhasil dan gagal diimplementasikan beberapa wilayah daerah seperti Cirebon, Bali, maupun di Bantar Gebang," kata dia.
Menurut dia, teknologi RDF hanya dapat implementasikan di kota-kota kecil dan tidak tepat untuk di kota besar seperti wilayah DKI Jakarta.
"Karena Jakarta menghasilkan 8.500 ton sampah per hari," kata Gusti.
"Teknologi RDF ini sudah tidak digunakan lagi di negara maju di seluruh dunia," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.