"Mandi kadang beli air buat mandi di sampan, cuma kalau air habis yaudah ke MCK di Masjid Luar Batang," ucapnya tertawa.
Bakar mengatakan, belakangan ini menarik sampan tidak bisa lagi menjamin kehidupannya.
Pasalnya, semenjak Covid-19 peminat sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa pun mengalami penurunan yang signifikan.
Hal itu membuat pendapatan Bakar dan pengemudi sampan lainnya menjadi tidak menentu.
"Tidak menentu, kadang sehari bisa narik sekali itu dapat Rp 100.000 dipakai buat makan habis. Tapi, besoknya bisa enggak dapat berhari-hari. Ini udah empat hari enggak dapat-dapat penumpang," jelasnya.
Bakar menjelaskan, saat ini hanya lah turis asing yang masih mau mencoba naik sampannya.
Sementara wisatawan lokal sudah sangat jarang datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sepinya wisatawan, membuat Bakar diminta pulang ke kampung halaman oleh para buah hatinya.
Namun, Bakar berat untuk meninggalkan sampan kesayangannya begitu saja.
"Maksud anak sih sudah dilarang, kata anak sudah di rumah aja makan seadanya. Tapi, sayang sampannya, kalau enggak ada yang beli sayang juga. Saya juga masih sehat, masih bisa menyampan biarin lah saya tetap mencari sesuap nasi," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.