JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang siomay di Kebayoran Baru bernama Sugito (68) mengatakan, dia bisa berkurban setiap tahun karena adanya niat kuat yang tertanam dalam dirinya.
Menurut dia, meski seseorang memiliki harta yang belimpah, orang tersebut tidak akan berkurban jika tidak memiliki niat.
“Kalau kita uangnya sedikit, tapi niatnya berkurban, Insya Allah kita berkurban. Karena, berkurban itu dari hati ke hati,” ucal Sugito saat berbincang dengan Kompas.com di Taman Gajah Darmawangsa, Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/6/2024).
Baca juga: Pedagang Siomay di Kebayoran Baru Rutin Berkurban Tiap Tahun, Menabung untuk Patungan Sapi
Sugito bersama istrinya, Geni (62) meyakini bahwa setiap rezeki yang dia dapatkan terdapat rezeki orang lain.
Oleh karena itu, Sugito berupaya semaksimal mungkin menyisihkan rezekinya untuk mereka yang membutuhkan.
“Ya agar di lingkungan kita bisa makan daging bersama. Kalau kita ada rezeki, di lingkungan kita itu ada anak yatim, kita bantu. Yang saya utamakan seperti itu. Kalau saya sih, yang penting yang lain pada ikut makan daging,” ujar Sugito.
Sugito tidak menganggap bahwa dia mempunyai rezeki yang berlimpah. Katanya, ini cuma masalah prinsip dan kemauan untuk berkurban.
Baca juga: Sapi Kurban Mengamuk di Pasar Rebo Jaktim, Seruduk Motor hingga Masuk Kedai Kopi
Meski begitu, Sugito tidak membeli hewan kurban sendirian. Keluarga mereka dan enam keluarga lain urunan demi mendapatkan satu ekor sapi.
“Sapi itu kan berlaku untuk tujuh orang. Makanya kita bisa berkurban setiap tahun. Rata-rata, (urunan) Rp 3,5 juta per orang untuk ukuran sapi Rp 23 juta, dengan 7 orang,” ungkap Sugito.
Dengan metode urunan ini, dia mengucap syukur kepada Sang Pencipta bisa berkurban setiap tahun di Masjid Nurul Hidayat, Gaga, Larangan, Kota Tangerang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.