Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Minta Uang ke Pengguna Jalan Tikus untuk Perbaikan Jalan Bukan Tindakan Pungli

Kompas.com - 04/07/2024, 13:40 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, warga yang bermukim di akses jalan tikus sah-sah saja apabila mereka meminta uang sumbangan kepada pengendara motor yang melintas di sana.

Nirwono bahkan menegaskan bahwa hal ini bukanlah tindakan pungutan liar (pungli), melainkan upaya swadaya untuk perbaikan jalan.

“Bukan (pungli). Kalau warga ingin swadaya memperbaiki jalan, maka tidak menutup kemungkinan, dengan cara meminta sumbangan dari pelintas jalan yang melewati jalan tikus,” kata Nirwono kepada Kompas.com, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Potret Jalan Tikus Pasar Minggu: Idola Pengendara yang Tak Berpayung Hukum

Nirwono melanjutkan, pengumpulan dana secara swadaya menjadi salah satu cara untuk membiayai perbaikan jalan tikus. Kalau pun mengajukan bantuan pemerintah, kata Nirwono, upaya ini belum tentu segera ditanggapi.

“Karena kalau mengikuti aturan pemerintah misalnya, harus mengajukan usulan, perbaikan itu bisa entah kapan dibangun. Itu sudah pasti akan membutuhkan waktu lama,” ujar Nirwono.

Baca juga: Pengamat Sebut Jalan Tikus Kerap Tak Dianggap, Perbaikan Butuh Waktu Lama

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga.  KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga.

Di sisi lain, Nirwono memahami dilema warga setempat akan stigma pungli berkait penarikan uang sumbangan dari pengendara motor di jalan tikus.

Namun, kata dia, warga setempat bisa melakukan transparansi dana agar anggapan pungli tak lagi ada.

“Misal, melaporkan uang yang masuk dari para pelintas setiap hari dengan memasang papan pengumuman, kan transparansi mereka bisa dilihat bahwa ini benar-benar dilakukan swasembada masyarakat,” ucap Nirwono.

Kalau warga transparan sejak awal, menurut Nirwono, para pengendara di jalan tikus akan sukarela membayar dengan jumlah yang besar.

Baca juga: Jalan Tikus di Jakarta, Tempat Perputaran Ekonomi Warga Setempat

“Karena mereka menggunakan jalan tersebut. Artinya mereka juga diuntungkan sebenarnya (dengan adanya perbaikan jalan),” kata Nirwono.

Di sisi lain, meski keberadaan jalan tikus “tak dianggap” dalam Undang-Undang, pemangku wilayah setempat tetap harus peka dengan kondisi warganya.

“Jangan lupa, ini kan daerah wilayah binaan mereka (pemerintah daerah). Suka tidak suka, artinya kalau warga membutuhkan, maka kewajiban pemerintah untuk memberikan bantuan,” tutur Nirwono.

Mengingat statusnya “tak diakui” oleh Undang-Undang, Nirwono mengungkapkan, pemerintah daerah sangat mungkin untuk memberikan dana hibah.

“Jadi tidak dianggarkan. Kalau dianggarkan ya lama prosesnya. Apalagi tadi, secara aturan tidak diakui, pasti tidak masuk ke anggaran,” imbuhnya.

“Tetapi kalau itu berupa dana hibah, bantuan masyarakat, itu kan boleh karena dana hibah itu bisa digunakan untuk membangun masjid, membangun saluran air, bahkan memperbaiki jalan tikus. Jadi lebih kepada penggunaannya saja,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Megapolitan
Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Megapolitan
Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Megapolitan
Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Megapolitan
Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Megapolitan
Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Megapolitan
Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Megapolitan
KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

Megapolitan
Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Megapolitan
Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Megapolitan
Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Megapolitan
Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Megapolitan
Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com