Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Jokowi dan Ahok Selalu 'Ngotot' kalau buat Orang Kecil"

Kompas.com - 19/08/2013, 08:03 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjadi harapan bagi Muhamad Yakub (49), agar pendapatannya sebagai penyapu jalan bisa dinaikkan. Saat ini, dia hanya menerima honor Rp 690.000 sebulan.

"Dari TV, saya lihat Pak Gubernur Jokowi dan Wakilnya Ahok, selalu ngotot kalau buat orang kecil. Apalagi Pak Ahok. Saya harap Pak Ahok tahu kesulitan kami tukang sapu jalan yang honornya kecil banget. Saya percaya dia mau ngebela kita," kata Yakub.

Yakub selama ini bertugas di sepanjang Jalan Sisingamangaraja, mulai dari depan Masjid Al Azhar sampai perempatan lampu merah PLN. Sejak pagi hari, mulai dari matahari baru menampakkan sinarnya, dia sudah bergelut dengan peluh dan debu jalanan.

Sampah berupa plastik, kertas, atau material lainnya serta dedaunan yang gugur berserakan di sepanjang Jalan Sisinga­mangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dikumpulkannya dengan sapu lidi besar bertangkai. Sampah-sampah itu lalu dimasukkannya ke plastik hitam besar atau tong sampah yang ada di sepanjang jalan itu.

"Nanti sampahnya ada yang ngambiliin pake mobil atau truk sampah yang keliling," ucap Yakub sembari membereskan sampah hasil sapuannya, saat dijumpai Warta Kota di Jalan Sisingamangaraja, Minggu (18/8/2013) pagi sekitar pukul 07.00.

Walau hari Minggu, ayah tiga anak yang rambutnya sudah hampir memutih semua ini tidak libur. "Kerja kayak begini enggak ada liburnya. Kalau libur, ya enggak dapat honor, dan akan dipotong," kata Yakub.

Bahkan, hari libur atau hari Minggu pun, tanggung jawabnya menjadi semakin besar. "Soalnya malamnya kan malam libur. Jadi sampah plastik atau kertas dari pengendara biasanya lebih banyak dari hari biasa," kata warga Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, ini. Yakub mengaku sudah bekerja menjadi tukang sapu jalan sejak tahun 1998 atau sekitar 15 tahun lalu.

Walau setiap harinya harus bekerja 11 jam mulai pukul 06.00 sampai pukul 17.00, Yakub mengaku melakukannya dengan ikhlas. "Habis mau bagaimana lagi, enggak ada lagi kerjaan yang tepat buat saya. Saya cuma lulusan SMP," kata Yakub sembari duduk di sudut jalan untuk beristirahat.

Setelah 15 tahun menjadi tukang sapu jalan di bawah naungan PT Moridhesa Abadi, upah yang diterima Yakub adalah Rp 23.000 sehari. "Kalau dulu, waktu pertama kerja dengan upah Rp 15.000 sehari, maka sebulan dapat Rp 450.000, sekarang sebulan sekitar Rp 690.000, naik sedikit tapi tetap sulit mengaturnya," paparnya.

Dengan honor sebesar itu, Yakub mengaku ia dan istrinya harus pintar-pintar mengatur keuangan. "Dulu waktu belum ada anak, mungkin bisa dicukup-cukupin dan diirit-irit. Tapi setelah ada anak, satu-satu, makin sulit menutupnya dengan gaji segitu," papar Yakub yang kini memiliki tiga anak dan semuanya perempuan.

Namun, Yakub masih beruntung, karena ia dan istri serta tiga anaknya tinggal di rumah warisan orangtua di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan. "Jadi enggak perlu bayar kontrakan," katanya.

Sebelumnya, Basuki pernah menjanjikan akan memberi kehidupan yang layak pada petugas kebersihan. Selain upah sesuai UMR Jakarta, yakni Rp 2,2 juta, juga disiapkan unit rusun untuk mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Pengemudi Ojol di Marunda Dibegal dan Motor Dibawa Kabur, Polisi Buru Pelaku

Pengemudi Ojol di Marunda Dibegal dan Motor Dibawa Kabur, Polisi Buru Pelaku

Megapolitan
Remaja di Depok Dibacok Gangster, Polisi: Pelaku Salah Sasaran

Remaja di Depok Dibacok Gangster, Polisi: Pelaku Salah Sasaran

Megapolitan
Mau Maju Pilkada Bogor, Sespri Iriana Dinasihati Jokowi Tidak Buru-buru Pilih Partai

Mau Maju Pilkada Bogor, Sespri Iriana Dinasihati Jokowi Tidak Buru-buru Pilih Partai

Megapolitan
Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk 'Busway' di Pluit, Kadishub: Bisa Ditilang dan Denda Rp 500.000

Mobil Selebgram Zoe Levana Masuk "Busway" di Pluit, Kadishub: Bisa Ditilang dan Denda Rp 500.000

Megapolitan
Ketika Warga Dipaksa Angkat Kaki dari Kampung Susun Bayam...

Ketika Warga Dipaksa Angkat Kaki dari Kampung Susun Bayam...

Megapolitan
Ibu Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar, Bukti Runtuhnya Benteng Perlindungan oleh Orangtua

Ibu Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar, Bukti Runtuhnya Benteng Perlindungan oleh Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com