"Bagus. Kita mesti siap-siap untuk membereskannya," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (26/8/2013).
"Dari saya sekolah, tahun 1980-an, sudah selalu dengar peringatannya," kata dia lagi.
Adapun langkah-langkah mengantisipasi "tenggelamnya" Jakarta, kata dia, dengan normalisasi sungai dan waduk untuk menahan banjir rob. Selain itu, menurut dia, DKI akan mempercepat pelaksanaan program giant sea wall (tanggul raksasa) dan Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI).
Apabila DKI sudah melaksanakan program-program itu, maka mitos Jakarta tenggelam itu akan teratasi. Saat ini, kata dia, DKI sudah mulai melaksanakan normalisasi Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio.
Sementara untuk pelaksanaan pengerukan 13 sungai melalui JEDI serta normalisasi Ciliwung, Pesanggrahan, Angke, dan Sunter akan dilaksanakan oleh kementerian pusat, dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum.
Pada kesempatan lain, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, salah satu rencana untuk mengantisipasi hal itu adalah dengan mempercepat pelaksanaan proyek giant sea wall. Awalnya, giant sea wall akan dilaksanakan pada 2020. Namun, DKI akan mempercepat agar tahun 2014 sudah bisa dimulai.
Giant sea wall ini merupakan salah satu gagasan Fauzi Bowo untuk menjaga bahaya rob dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Untuk membangun gagasan ini, diperlukan dana sekitar Rp 150 triliun.
Sebelumnya, saat menggelar silaturahim di rumahnya, Fauzi Bowo mengingatkan Jokowi dan masyarakat kalau Jakarta merupakan salah satu kota yang diprediksi akan tenggelam akibat pemanasan iklim global. Menurut dia, sumber berita terkait pemanasan iklim itu merupakan sumber yang jelas. Jakarta ada di posisi 11 dari 20 kota yang diprediksi akan tenggelam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.