Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD DKI: Jokowi Kerja Cepat, Bawahannya Lambat

Kompas.com - 23/09/2013, 07:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —
Kinerja Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta dipertanyakan oleh kalangan dewan. Sebab, hingga kini, pertambahan ruang terbuka hijau (RTH) di DKI Jakarta sangat minim.

Anggota Komisi D (bidang pembangunan), HR Hidayat Yasin, mengatakan, dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI 2030 disebutkan, RTH harus mencapai 30 persen luas wilayah DKI Jakarta yang terdiri dari 20 persen RTH pemerintah dan 10 persen RTH swasta. Sementara saat ini luasan RTH di DKI Jakarta baru mencapai 9,8 persen.

"Kami lihat belum banyak penambahan RTH, ini bagaimana progresnya? Gubernur sudah berpegang kepada RTRW, tapi anak buahnya tidak bekerja dengan baik," ujarnya saat dihubungi pada Minggu (22/9/2013).

Politisi PAN ini mengatakan, penyerapan anggaran Dinas Pertamanan juga sangat rendah hingga September ini masih kurang dari 50 persen. Menurut Hidayat, Jokowi sudah memerintahkan Dinas Pertamanan untuk menambah RTH hingga 11 persen dari luas DKI.

Hidayat menambahkan, selain dari Dinas Pertamanan yang lamban, ia juga menduga realisasi program penambahan RTH tidak mendapat dukungan dari pejabat wilayah, seperti camat dan lurah, yang tidak bisa diajak kerja cepat untuk mencari lahan dan membebaskannya. Ketua Fraksi PAN-PKB ini melihat, hasil lelang camat dan lurah, yang harusnya bagus, belum menunjukkan kinerja berarti.

"Saya mendapat laporan dari masyarakat terhadap kinerja lurah dan camat mengenai program RTH yang sedang digalakkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Warga menginginkan RTH di wilayahnya, tapi tidak direspons cepat oleh lurah dan camat," tegasnya.

Dikatakannya, Gubernur DKI dengan susah payah membangun kawasan Waduk di Pluit dan Ria Rio untuk juga menjadi RTH, tetapi bawahannya lamban dalam menambah RTH. Ia juga mempertanyakan kelanjutan rumah dinas lurah dan camat yang akan dijadikan RTH.

"Waktu itu kan katanya sudah didata rumah dinas camat dan lurah yang ada di seluruh wilayah DKI Jakarta. Katanya, ada 29 rumah dinas camat dan 124 rumah dinas lurah yang bisa dibongkar untuk RTH, itu kapan mau dibangun? Jadi, jangan hanya fokus pada pembangunan taman, tapi menambah luasan perlu dikejar juga," tuturnya.

Ia meminta Dinas Pertamanan juga jangan mengklaim taman-taman yang dibangun dengan dana corporate social responsibility (CSR) sebagai kinerja mereka. "Taman di sekitar Medan Merdeka, Sudirman-Thamrin, itu kan dari CSR, terus katanya juga Toyota mau bangun taman di Semanggi, ya itu silakan saja, tapi yang pakai APBD mana?," ujarnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Yonathan Pasodung mengatakan, pelaksanaan pembebasan tanah untuk menambah luasan RTH tetap berlangsung. Namun, memang kendala pembebasan tanah membutuhkan waktu yang tidak singkat. Membebaskan lahan baru yang akan digunakan untuk kepentingan umum harus menggunakan aturan dalam UU No 2 Tahun 2012.

Namun, tanah-tanah yang sudah diproses sebelum UU No 2 tahun 2012 diterbitkan dapat menggunakan aturan undang-undang yang lama. UU yang lama tidak perlu melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Namun, dalam UU yang baru, BPN harus dilibatkan sepenuhnya sehingga memakan waktu yang cukup lama.

"Untuk pembebasan tanah yang sudah terproses sebelum UU No 2 Tahun 2012 diterbitkan, dapat dilanjutkan dengan UU yang lama. Tetapi, kalau pembebasan lahan baru, ya harus dibebaskan dengan memakai UU baru sebagai payung hukumnya. Dalam UU yang baru ini, memang peranan BPN sangat menentukan dalam pembebasan lahan," ujarnya.

Dalam APBD DKI Jakarta 2013, sejumlah lahan yang akan dibebaskan antara lain lahan untuk RTH di Jalan Sayur Asem, Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, dengan anggaran Rp 1,2 miliar, lalu lahan untuk RTH di RT 002, RW 05 Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, sebesar Rp 5,25 miliar, dan pembebasan di Jalan Lebak Bulus III Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, sebesar Rp 24,8 miliar. (sab)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com