Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Kuali di Tangerang Tagih Janji Menakertrans

Kompas.com - 23/09/2013, 16:29 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana di ruangan kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) begitu senyap. Belasan orang yang pernah menjadi korban kekerasan seorang pengusaha pabrik kuali di Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, duduk berjejer di hadapan para awak media. Beberapa orang di antara mereka menjadi corong suara bagi teman-temannya yang senasib sepenanggungan.

Dengan muka muram, salah seorang dari mereka pun berbicara. Mewakili kegetiran perasaan teman-temannya, mantan buruh pabrik kuali itu menagih janji Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar untuk membantu menyelesaikan persoalan yang menimpa mereka.

"Saya masih ingat ketika Pak Menaker berbicara bahwa kasus ini akan menjadi prioritas kerjanya," kata Asep (21), warga Bandung yang pernah menjadi buruh pabrik kuali, mengawali pembicaraannya.

Ia menilai, selama empat bulan kasus tersebut tidak kunjung menemukan titik terang. Ia mengkritik Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) yang tidak tegas dalam menuntaskan dugaan keterlibatan oknum anggota TNI dan Polri yang diduga membekingi YI, bos pabrik kuali tersebut. Selain itu, ia juga mengkritik hasil penyidikan yang dinilainya tidak transparan.

Kepada Muhaimin, Asep melontarkan kritik bahwa Muhaimin terkesan lepas dari tanggung jawabnya. "Saya kecewa sama Pak Menteri," ujar Asep.

KOMPAS/LASTI KURNIA Suasana pabrik kuali di Kampung Bayur Opak, Lebak Wangi, Tangerang, Sabtu (4/5/2013). Pabrik kuali di kawasan perkampungan tersebut Polres Tangerang dan Kontras berhasil membebaskan 34 orang pekerja yang diperlakukan layaknya budak.

Dadang, buruh lainnya, mendesak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dengan asistensi dan pengawasan penuh dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi segera menetapkan eksekusi penetapan hak kepada YI. Ia juga meminta kepada Polresta Tangerang untuk menjelaskan secara terbuka mengenai hasil penyidikan kasus tersebut.

Mantan buruh pabrik kuali tersebut juga menuntut Propam Polri menjelaskan perkembangan pelaporan anggotanya sekaligus mendesak Kejaksaan Negeri Tangerang untuk menindaklanjuti hasil penyidikan Polresta Tangerang. "Sudah empat bulan kasus ini seperti hilang," ujar Dadan.

Asep, Dadang, beserta puluhan buruh lainnya menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan anak buah YI. Kasus itu terungkap pada Mei lalu setelah dua buruh berhasil kabur dari pabrik tersebut.

Aparat kepolisian berhasil membongkar praktik perbudakan di sebuah industri pengolahan limbah menjadi perangkat aluminium tersebut dan membebaskan 34 buruh lain. Dari ke-34 buruh itu, delapan orang di antaranya berasal dari Lampung, seorang dari Sukabumi, seorang warga Bandung, dan sisanya berasal dari Cianjur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com