Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JORR W2 Dilanjutkan Kembali

Kompas.com - 19/11/2013, 09:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
— Sekitar sepekan ini, proyek Jakarta Outer Ring Road West 2 yang terhenti di wilayah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, mulai dilanjutkan kembali. Namun, belum pasti kapan jalan tol lingkar luar ini bisa diselesaikan karena masih ada sengketa lahan yang mengganjal.

Senin (18/11), proyek jalan tol lingkar luar yang mulai dilanjutkan lagi bisa dilihat di mulut Jalan M Saidi Raya, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Truk dan pekerja sibuk di lokasi pembangunan yang dibatasi pagar seng. Sebagian besi-besi rangka telah tegak berdiri siap menerima cor beton.

Sebelumnya, selama berbulan-bulan, proyek JORR W2 terhenti tepat di atas Jalan Ciledug Raya.

”Iya sudah mulai dibangun lagi. Namun, memang masih ada tanah sekitar 2 hektar, terdiri atas 99 bidang lahan di Petukangan Selatan, yang belum dibebaskan,” kata Ketua Tim Pengadaan Tanah Kementerian Pekerjaan Umum Ambardy Effendy, kemarin siang.

Proyek JORR W2 ini akan menghubungkan ruas tol di TB Simatupang dan Tol Jakarta-Merak. Tol baru ini direncanakan membentang sepanjang 7,6 kilometer, melewati kawasan Jakarta Selatan, yaitu Ulujami, Petukangan Selatan, dan Petukangan Utara, serta sebagian Jakarta Barat, yaitu Joglo, Meruya Selatan, dan Meruya Utara.

Terganjal lahan

Pembangunan tol lingkar luar, yang juga biasa disebut Tol Kebun Jeruk-Ulujami, sejak masa persiapan selalu terganjal masalah pembebasan lahan. Bahkan, soal besaran ganti rugi lahan sudah mulai membelit paling tidak pada tahun 2003 atau sejak awal proyek ini direncanakan.

Pada November 2010, sekitar 1.000 warga Kelurahan Petukangan Utara dan Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, menuntut perubahan kebijakan pola ganti rugi lahan warga yang tergusur oleh proyek JORR W2. Penolakan warga terus berlanjut hingga Maret 2011. Padahal, pada saat yang sama seharusnya proyek fisik jalan tol ini sudah mulai dilakukan.

Untuk proyek jalan tol ini, khususnya di Petukangan Utara dan Selatan, ada 790 bidang lahan yang harus dibebaskan. Namun, kala itu, sebagian besar pemilik lahan tak sepakat dengan besaran ganti rugi yang ditetapkan pemerintah.

Terhitung sampai tahun 2013 ini, harga tanah di Petukangan Selatan membubung tinggi. Harga per 1 meter persegi tanah paling murah sekitar Rp 2,5 juta. Itu pun yang berada di tengah permukiman, jauh dari jalan. Tanah yang dekat dengan jalan harganya bisa mencapai di atas Rp 10 juta. Padahal, nilai jual obyek pajak tanah di kawasan itu Rp 2 juta-Rp 3 juta per meter persegi.

Pembangunan fisik akhirnya dimulai sejak Juli 2011 meskipun masih banyak lahan yang belum dibebaskan. JORR W2 ditargetkan selesai pada 2012 atau awal 2013. Faktanya, sampai menjelang akhir 2013, jalan tol ini belum juga selesai. Ambardy mengatakan, kini tersisa sekitar 1,5 kilometer saja ruas tol yang belum dibangun. Dia berharap, maksimal pada Januari 2014, 99 bidang lahan tersisa bisa dibebaskan.

Sosial dan ekonomi

Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, dari ratusan pemilik lahan yang semula ikut menolak ganti rugi, kini tersisa 99 pemilik tanah di Petukangan Selatan yang masih bersengketa.

”Masalah ini kemudian berlanjut hingga ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). PTUN memutuskan agar ada musyawarah kembali antara warga dan pemerintah,” kata Ahmad Biky dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Menurut Biky, LBH hanya mendampingi warga untuk tahu hak dan kewajibannya serta bagaimana seharusnya musyawarah berlangsung. Sejauh ini musyawarah sudah dua kali digelar, yaitu pada 30 Oktober 2013 dan 7 November 2013. Namun, belum ada tanda-tanda kesepakatan antara warga dan pemerintah.

Tatang Sukirno, salah satu dari 99 pemilik tanah, mengatakan, warga tidak ingin menghambat pembangunan.

”Kami justru ingin proses ini cepat selesai. Akan tetapi, tentu saja harus sesuai aturan dan warga yang telah berpuluh tahun tinggal di sini hidupnya tetap terjamin nantinya,” kata Tatang.

Menurut Tatang, ia dan warga Petukangan Selatan telah menetap di lokasi tersebut sejak puluhan tahun silam. Akibat proyek jalan tol yang menggusur permukiman, warga harus menanggung perubahan kondisi sosial ekonomi. (NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com