Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harus Gunakan Angkot, Ada PNS DKI yang Taat, Ada Juga yang Bandel...

Kompas.com - 03/01/2014, 08:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Suasana Jalan Medan Merdeka Selatan, tepatnya di depan Balaikota, Jumat (3/1/2014) pagi tampak berbeda. Jika biasanya motor dan mobil pribadi milik pegawai negeri sipil (PNS) berseliweran, pagi ini bagian depan Balaikota tampak lengang. Hal itu merupakan imbas penerapan Instruksi Gubernur atau Ingub Nomor 150 Tahun 2013 tentang penggunaan angkutan umum bagi PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ibarat tidak ada gading yang tidak retak. Banyak PNS yang taat melaksanakan Ingub tersebut, namun ada juga yang membandel. Pantauan Kompas.com sekitar pukul 07.30 WIB, beberapa PNS tampak datang menggunakan angkutan umum, baik bus sedang, bus besar, bahkan bajaj. Kedatangan mereka disambut kamera wartawan yang meliput hari pertama penerapan Ingub.

"Kalau saya memang biasa naik Bajaj," ujar Natalia, salah satu PNS usai membayar Rp 15.000 ke pengemudi bajaj biru itu.

"Ini saya naik bus baru pertama kali selama jadi PNS 3 tahun. Ya mau enggak mau kan memang harus dijalani," ujar Saeful, PNS lainnya usai turun dari padatnya bus PPD.

Tak lama berselang, sebuah mobil Toyota Innova hitam menepi di depan Balaikota. Dari pintu sopir, keluar seorang pria setengah baya dengan baju khas PNS tiap hari Jumat berwarna oranye. Dari pintu sebelahnya, keluar seorang pria berpakaian safari hitam yang kemudian menggantikan pria tersebut di balik kemudi.

Pria yang tak diketahui namanya tersebut enggan mengeluarkan sepatah kata pun mengenai alasannya tetap menggunakan kendaraan pribadi dan tak mematuhi Ingub. Pria itu lantas mengeluarkan sisir dan menyisir rambutnya sembari berjalan masuk ke dalam Balaikota.

Ketika dikonfirmasi ke Gubernur Jakarta, Joko Widodo, dia memaklumi perilaku tersebut. Menurutnya, sebuah kebijakan memang memerlukan masa transisi hingga akhirnya dapat stabil.

"Ya tiga kali lah masa penyesuaiannya. Saya yakin berubah," ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com