Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palyja: Pemprov DKI Jangan Terus Salahkan Kami

Kompas.com - 27/02/2014, 11:40 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Corporate Communications and Social Responsibilities Head Palyja Meyritha Maryanie mempertanyakan pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait pasokan air bersih di kala banjir.

Pada Rabu (26/2/2014), Basuki menyebut pelayanan air bersih oleh Palyja dan Aetra tidak memuaskan pada saat banjir. Pasokan air bersih berkurang hingga 40 persen saat banjir merendam beberapa wilayah Ibu Kota.

"Jadi, saya enggak mengerti Pak Basuki dapat angka 40 persen dari mana?" kata Meyritha kepada wartawan, Kamis (27/2/2014).

Beberapa waktu lalu, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak terendam banjir. Akibatnya, pasokan air bersih di daerah Jakarta Selatan berkurang hingga lima persen.

Meyritha menjelaskan, IPA Cilandak pernah terendam banjir pada bulan Januari. Kemudian, pada 22 Februari 2014 terendam kembali dan pada 25 Februari 2014 sudah normal. Terendamnya IPA Cilandak, kata dia, disebabkan air di Sungai Krukut meluap. Saat itu, kapasitas air bersih tidak mencapai angka normal sekitar 400 liter per detik.

Wilayah yang terkena dampak ialah Bangka, Bukit Duri, Cilandak Barat, Cipete Utara, Cipete Selatan, Duren Tiga, Gandaria Selatan, Jati Padang, Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara, Kebon Baru, Mampang Prapatan, Manggarai Selatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pela Mampang, Pengadegan, Petogogan, Pulo, Tebet Barat, dan Tebet Parang.

Di sisi lain, menurut dia, Palyja tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas ketersediaan pasokan air bersih kepada masyarakat. Sebab, apabila tidak terjadi banjir, pendistribusian air bersih ke masyarakat akan tetap berjalan normal. Seharusnya, kata dia, Pemprov DKI dapat memiliki langkah strategis menanggulangi banjir.

"Kita lihat, banyak sampah yang menumpuk di kali. Dari hulu, sampahnya ke jembatan, airnya berbalik ke instalasi, dan instalasi terendam. Tolonglah Pemprov DKI menyelidiki hal tersebut, jangan terus menyalahkan kami," kata Meyritha.

Sebelumnya, Basuki mengaku tidak puas terhadap pelayanan dua operator air bersih yang menjadi rekanan PDAM Jaya, yaitu Palyja dan Aetra. Dia melihat selama banjir pelayanan air bersih terhadap warga Jakarta berkurang 40 persen.

"Makanya, kita ambil alih Palyja dan Aetra saja. Kita enggak bisa lagi mengandalkan mereka," ujar Basuki di Balaikota Jakarta.

Pasokan air bersih berkurang karena IPA turut terendam banjir. Untuk merealisasikan rencananya tersebut, kata dia, Pemprov DKI kembali menugaskan dua perusahaan daerah yang juga membeli saham Palyja dan Aetra, yaitu PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propertindo.

Walaupun kedua BUMD DKI tersebut bergerak di bidang properti, Basuki meyakini mereka dapat menangani air di Jakarta. Selain itu, ia juga yakin akan mendatangkan keuntungan. Terlebih lagi, PT Jakpro berencana untuk melantai di bursa atau atau go public pada lima tahun mendatang. PT Jakpro dan PT Pembangunan Jaya kini sedang dalam proses mengakuisisi saham kepemilikan Palyja milik PT Astratel dan Suez Environment.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com