Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Dulu, Saya Pengecut

Kompas.com - 02/03/2014, 07:24 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menceritakan awal mula alasan mengapa ia tertarik masuk ke dunia politik.

Dahulu, Basuki mengaku sama sekali tidak tertarik terjun menjadi politisi. Sebab, ia tidak mampu menolong warga miskin, baik membantu pelayanan kesehatan maupun pendidikan.

"Dulu, saya pengecut. Untuk apa masuk politik?" kata Basuki dalam acara Reformis Hibrida Reformis Horizontal, di Jakarta Theatre, Sabtu (1/3/2014), kemarin.

Basuki mengakui sebagai seorang pengecut sebab ia lebih sering mendorong teman dan koleganya untuk terjun ke dunia politik. Sementara ia sendiri tidak berani menjadi politisi.

Saat itu, ia lebih senang menjadi seseorang di balik layar bak produser maupun sutradara. Pesimisme Basuki menjadi politisi juga disebabkan karena perbedaan suku, agama, dan ras dengan masyarakat Belitung Timur, kampung halamannya. Sebanyak 93 persen warga Belitung Timur beragama Muslim, sedangkan dirinya merupakan minoritas.

Basuki juga menjelaskan, di Belitung Timur, warga keturunan Tionghoa hanya berjumlah 6 persen dan yang beragama Protestan 0,8 persen. Desakan sang ayah, Indra Tjahaja Purnama lah yang memaksa dirinya untuk menjadi seorang pejabat daerah.

Pria yang akrab disapa Ahok tersebut kemudian memberanikan diri berlaga di pemilihan legislatif DPRD tingkat II Belitung Timur. Dengan satu tujuan, menyejahterakan masyarakat Belitung Timur.

Saat itu, mayoritas kursi DPRD adalah Partai Bulan Bintang (PBB) dengan 55 persen kursi. Secara logika, Basuki pesimistis dapat meraih kursi DPRD tingkat II. Ternyata, prediksinya meleset. Ia berhasil meraih kursi sebagai anggota legislatif.

Impiannya masuk ke dunia politik belum berakhir. Pun berusaha mewujudkan mimpinya menjadi Bupati Belitung Timur. Bahkan Basuki sama sekali tidak menggunakan jadwal kampanye untuk mempromosikan dirinya kepada warga Belitung Timur.

"Saya hanya menghabiskan Rp 500 juta untuk membayar saksi. Terpilihlah saya menjadi bupati warga mayoritas," kata Basuki.

Belajar dari Istiqlal

Anak muda terutama yang berasal dari kaum minoritas tak perlu lagi segan terjun ke dunia politik. Basuki memberi contoh satu peristiwa silam yang membuat kaum minoritas lebih dihargai, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Menurut Basuki, jika warga masih menggunakan pemikiran lama, sang arsitek Frederich Silaban yang merupakan seorang minoritas, akan langsung didiskualifikasi dari daftar calon arsitek Masjid Istiqlal. Ternyata, dengan keahliannya, ia mampu membangun Masjid Istiqlal yang menjadi kebanggaan warga Indonesia.

Kendati sulit, Basuki mengatakan panggung politik tersedia bagi setiap individu tanpa batasan ras, suku, maupun agama.

"Yang penting teruji karakternya, seperti teori Abraham Lincoln. Jika ingin menguji karakter seseorang, berikan kekuasaan, apakah ditakdirkan untuk menjadi besar atau bubar," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com