Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Medali Perpisahan" Jokowi di Kota Tua...

Kompas.com - 14/03/2014, 07:12 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah medali emas diberikan kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada saat acara peresmian revitalisasi Kota Tua, Jakarta Barat, pada Rabu (13/3/2014) malam. Medali yang diberikan oleh konsorsium penyelenggara revitalisasi tersebut rupanya memiliki makna yang sangat spesial.

Salah seorang pengusaha peserta konsorsium sekaligus ekonom, Lin Cowei, mengungkapkan, pemberian medali tersebut didapat dari penelitian pihaknya soal kebiasaan gubernur ketika zaman Belanda. Ketika itu, gubernur yang telah menyelesaikan tugasnya di sebuah kota diberikan medali sebelum pulang ke negara asalnya.

"Dulu ada gubernur jenderal yang mau pergi mengabdi. Gubernur mendapat kenang-kenangan sebuah medali dari kaptennya," ujar Lin dalam sambutan di hadapan ribuan pengunjung yang datang.

Penyematan medali kepada sang gubernur, lanjut Lin, sangatlah cocok. Meski diakuinya Jokowi tidak pergi ke mana-mana, paling tidak medali tersebut merupakan bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya bagi gubernur yang nekat merevitalisasi Kota Tua, mimpi yang selama ini hanya menjadi wacana banyak pihak.

Seusai sambutan, medali itu diberikan kepada Jokowi. Riuh rendah tepuk tangan dan sorak-sorai mengiringi penyerahan medali itu. Jokowi pun membukanya dan mengalungkan medali di lehernya.

Gayung bersambut

Revitalisasi kota tua ini sendiri, diakui Jokowi di dalam sambutan awal, bagaikan gayung bersambut. Saat pertama kali menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi mengaku kerap blusukan ke kawasan tersebut. Terhitung, lebih dari 10 kali, baik pagi maupun siang dan malam, Jokowi berkeliling sekitar kawasan bersejarah.

"Dalam hati, saya sudah putuskan. Pokoknya tahun ini revitalisasi Kota Tua harus jadi. Nah, pas bapak-bapak (konsorsium) pada datang, kekuatan hati saya bertambah. Saya kian berkeyakinan revitalisasi kawasan 284 hektar ini bisa dikerjakan," kenangnya.

Kekuatan niat merevitalisasi kawasan itu, lanjut Jokowi, sangat beralasan. Berkaca pada beberapa kota bersejarah di belahan dunia, tidak ada emas yang didapat selain dari hasil ayakan serta polesan. Bahkan, salah satu kota di Rusia, lanjut Jokowi, telah mendatangkan wisatawan meski revitalisasi kota belum selesai.

"Kalau saya bandingkan dengan Kota Tua ini, potensinya ndak kalah besar. Mereka bisa per tahun beri uang Rp 3,5 triliun demi revitalisasi. Masa kita ndak bisa," ujar Jokowi. "Sehingga waktu beliau-beliau ini datang, langsung saya bilang aja, saya ndak ada waktu buat rapat-repet, rapat-repet, ini langsung dimulai sajalah," lanjut Jokowi.

Hasilnya cukup signifikan. Sumber pendanaan disepakati didapatkan dari kombinasi antara APBD Pemprov DKI Jakarta tahun anggaran multiyears, dana konsorsium, dan BUMN. Pembagian pendanaan dibagi berdasarkan kepemilikan heritage.

Pemprov DKI Jakarta, konsorsium swasta, serta pihak BUMN akan merevitalisasi kawasan Kota Tua. Revitalisasi dimulai di gedung PT Pos Indonesia, seberang Museum Fatahillah. Revitalisasi menggunakan pendekatan konservasi, yakni dengan merehabilitasi bangunan tua.

Catatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, terdapat 85 bangunan yang akan direvitalisasi untuk tahap pertama. Jumlah itu akan berkembang. Tidak hanya merehabilitasi fisik bangunan, revitalisasi juga menyasar pada pengaktifan kegiatan-kegiatan berbasis seni dan budaya hingga industri kreatif di gedung tersebut.

Revitalisasi jangka panjang juga akan mengintegerasikan wisata berbasis kekayaan budaya dengan wisata berbasis sejarah di Jakarta. Wisata kekayaan budaya dikenal bernama Heritage Trail, yakni mulai dari Sunda Kelapa ke arah Ancol. Sementara wisata sejarah dikenal bernama Patriot Trail, mulai dari Monas ke beberapa titik di sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

Megapolitan
Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Sudah 6 Tahun Mangkal di MT Haryono

Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Sudah 6 Tahun Mangkal di MT Haryono

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakannya Sendiri

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakannya Sendiri

Megapolitan
Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Megapolitan
Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Megapolitan
Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Megapolitan
Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Megapolitan
Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com