Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2014, 12:39 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Yahya Ts, pelukis asal Betawi, melakukan aksi protes mengenai keputusan pencapresan Jokowi di Jalan Tapa, Jakarta Barat. Lewat lukisannya yang berjudul "Jakarta Cuma Diberakin", Yahya menuangkan kekecewaannya jika Jokowi meninggalkan Jakarta.

"Jokowi ibarat Hatta, Ahok ibarat Soekarno. Jokowi alon-alon klakon (pelan-pelan terlaksana). Jadi kalau ini (Jokowi dengan Ahok) berpisah, sulit dicapai keseimbangan Pemerintah DKI," ujar Yahya ketika ditemui seusai melukis, Kamis (20/3/2014).

Ia menuturkan, Jokowi baru satu setengah tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selama Jokowi di Jakarta, program-programnya belum berjalan secara maksimal. Jika Jokowi menjadi presiden, maka otomatis programnya terbengkalai.

Ia menambahkan, Jokowi mengedepankan penghijauan, misalnya di Waduk Pluit. Namun, menurut dia, program penghijauan tersebut belum tuntas.

Yahya tidak percaya Ahok akan menemukan pendamping seperti Jokowi nantinya. Menurut dia, Ahok dengan gaya kepemimpinannya yang sering melakukan gebrakan akan sulit mencari penyeimbang untuk menuntaskan masalah di Jakarta. Masyarakat akan protes, apalagi banyak yang memandang Ahok berasal dari etnis yang berbeda.

"Kita baru euforia menemukan pemimpin yang jujur, yang kalau ada anak buahnya yang salah, langsung dipecat. Sehingga saat Jokowi nyapres, seluruh masyarakat menyambut baik. Padahal, belum tentu ia mampu menuntaskan masalah Indonesia yang kompleks," kata pelukis berumur 53 tahun ini.

Menurut Yahya, dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang lemah lembut, akan sulit mengurus masalah korupsi di Indonesia yang telah berlangsung 35 tahun.

Ketika ditanyai bagaimana jika Ahok menjadi cawapres Jokowi, Yahya pun keberatan. Menurut dia, mereka tetap harus menuntaskan program-programnya di Jakarta.

Sementara itu, lukisannya yang berjudul "Jakarta Cuma Diberakin" memiliki makna bahwa selama Jokowi menjadi Gubernur, ia hanya memberikan PR-PR nantinya jika ia menjadi capres. Banyak programnya yang belum tuntas. Aksi protes ini ia lakukan sendirian. Harapannya, akan ada seniman lain yang mau ikut melakukan aksi protes di depan Balaikota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com