Pantauan Kompas.com, reka ulang itu bersifat terbuka. Sejumlah siswa STIP melihat reka ulang itu, tetapi pergi beberapa saat kemudian. Mereka enggan memberikan komentar.
Marvin, salah seorang dari tujuh korban penyiksaan oleh mahasiswa senior di STIP, menjelaskan kejadian pada Senin (21/4/2014) pukul 19.00. Dalam pertemuan tersebut, Marvin diperintahkan mengumpulkan 14 temannya pada saat pesiar hari Jumat (25/4/2014) malam di salah satu rumah kos senior mereka di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, untuk diberikan pembinaan.
"Menurut keterangan korban, dia dipanggil salah satu seniornya yang bernama Sidik untuk mengumpulkan 14 temannya di kosan Angga," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Daddy Hartady, di Kampus STIP, Senin (28/4/2014).
Saat mendapatkan perintah tersebut, ia mencoba mengumpulkan siswa sebanyak yang diminta seniornya. Namun, pada pertemuan yang berlangsung pada pukul 20.00 itu, Marvin hanya mampu membawa tujuh temannya kepada tujuh seniornya tersebut.
"Karena banyak yang tidak datang membuat siswa senior marah. Mereka menganggap Marvin dan kawan-kawan, salah satunya Dimas, tidak hormat kepada senior. Kemarahan itu kemudian berujung pada pembinaan fisik," ujar Daddy.
Dalam pembinaan fisik itu, Marvin, Dimas, dan kelima kawannya dipukuli, ditendang, dan ditampar. Dimas mengembuskan napas terakhir akibat pendarahan di bagian belakang kepala karena benturan dengan tembok yang terjadi berulang kali.
Daddy mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih akan menindaklanjuti keterangan yang didapat dari korban itu. Hal itu, kata dia, untuk memastikan motif di balik pembinaan tersebut.
"Apakah ada rencana penganiayaan sejak pertemuan awal, itu juga masih kami dalami," tuntasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.