Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juru Parkir Itu Akhirnya Pergi dengan Luka Bakar

Kompas.com - 15/07/2014, 23:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tengku Yusri (47), juru parkir yang dibakar mantan anggota TNI di Monas, akhirnya mengembuskan napas terakhir, Senin (14/7/2014) kira-kira pukul 05.30. Yusri meninggal setelah menjalani perawatan medis atas luka bakar yang dideritanya selama sekitar tiga pekan.

Kesedihan membuncah di antara keluarga dan kerabat dan rekan-rekannya. Hari Senin sore, jasad almarhum diterbangkan ke Aceh.

”Almarhum akan dimakamkan di Mon Geudong, Kota Lhokseumawe, kota asalnya,” kata Muntasir, Sekjen Ikatan Mahasiswa Pascasarjana (IMPAS) Aceh-Jakarta.

Kejadian di Monas pada 24 Juni lalu itulah yang menyebabkan korban harus menjalani perawatan panjang hingga ajal menjemputnya.

Kejadian berawal ketika Yusri menjadi juru parkir di area Monas. Korban diduga dimintai uang oleh pelaku, yakni Pratu H. Karena merasa kurang, H menyiramkan bahan bakar ke tubuh korban dan membakarnya. Yusri lantas dibawa ke RSUD Tarakan untuk mendapatkan perawatan, dilanjutkan ke RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM).

”Korban meninggal akibat luka bakar yang cukup parah,” ujar Kepala Humas RS Cipto Mangunkusumo Sulastin.

Menurut Ferry Kusuma, pendamping korban yang juga anggota Kontras, Yusri, menderita luka bakar 30 persen. ”Luka bakar itu tidak terlalu parah. Sewaktu di RSUD Tarakan, korban masih bisa berkomunikasi, termasuk kepada wartawan. Namun, setelah dipindahkan ke RSCM, korban dinyatakan kritis terus,” tuturnya.

Kepergian Yusri meninggalkan luka mendalam, terutama bagi istrinya, Cut Megawati (40), serta dua anak mereka yang masih balita, yakni Halimatussakdiah (3) dan Hilda (22 bulan). Niat keluarga ini untuk mencari nafkah di Jakarta akhirnya berujung duka mendalam.

Utang banyak

Pihak keluarga juga harus menanggung utang yang besar akibat lamanya proses mengobati Yusri. ”Di Tarakan saja, biaya pengobatan mencapai Rp 28 juta. Entah yang di RSCM ini. Kami belum mengetahui pasti karena masih dalam proses untuk pemulangan dan penguburan jenazah,” kata Muntasir.

Biaya pengobatan itu semula dijanjikan akan ditanggung oleh institusi tempat kerja pelaku. Namun, hingga kemarin, belum ada kejelasan pembayaran biaya pengobatan korban. ”Biaya pengobatan di Tarakan masih menjadi utang,” kata Ferry.

Pihak keluarga pernah menerima Rp 10 juta dari pihak pelaku. Namun, uang itu bukan ditujukan untuk melunasi biaya pengobatan. Hingga kemarin, pihak keluarga korban belum mengetahui nasib pembiayaan pengobatan almarhum.

”Kami masih terus mengumpulkan dukungan dengan menggalang dana untuk menutup aneka kebutuhan keluarga korban. Hanya ini yang bisa kami lakukan,” kata Muntasir yang mengerahkan jaringannya untuk mendapatkan dana bagi keluarga almarhum.

Dia berharap, ada pihak yang bersedia menanggung biaya pengobatan Yusri.

Proses hukum

Terkait proses hukum terhadap pelaku, Ferry mengatakan, pihaknya masih terus mengawal setiap tahapan. Saat ini, proses hukum terhadap pelaku belum sampai pengadilan. Adapun pelaku sudah dikeluarkan dari TNI AD, pekan lalu. ”Kami akan segera mengadakan rapat menentukan langkah strategis untuk advokasi korban,” katanya.

Dia mengatakan, pihak pendamping korban merencanakan akan menaikkan pasal yang dikenai terhadap pelaku, dari penganiayaan yang menyebabkan luka berat menjadi penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal.

Konsekuensinya, hukuman yang akan dituntut ke pelaku akan semakin berat.

Langkah ini diharapkan bisa membuat pelaku jera dan kejadian serupa tidak terulang lagi. Apalagi, kejahatan ini dilakukan di seputar area Monumen Nasional, pusat Ibu Kota. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com