Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Arus Mudik, Jalan Raya Serang Rusak Berat

Kompas.com - 16/07/2014, 11:04 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Sejumlah ruas jalan di Kabupaten Tangerang yang biasa digunakan sebagai jalur mudik masih dalam kondisi rusak berat.

Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Tangerang Komisaris Donni Eka Syahputra menyebutkan, jalan yang rusak itu di antaranya adalah Jalan Raya Serang.

"Masih banyak sekali lubang yang kerap menjadi pemicu kemacetan parah. Sampai sekarang masih banyak yang belum diperbaiki," kata Donni, Selasa (15/7/2014).

Donni menjelaskan, beberapa bagian jalan yang rusak di Jalan Raya Serang tersebut di antaranya adalah di bundaran Kawidaran, jembatan layang Balaraja, Cangkudu, Jayanti, hingga perbatasan Serang.

"Kondisi seperti ini jelas akan mengganggu arus mudik Lebaran, terutama saat nanti memasuki H-7 Lebaran. Volume kendaraan pasti meningkat dan sangat mungkin terjadi kemacetan hebat," kata Donni.

Donni mengaku sudah melaporkan kerusakan jalan tersebut ke Dinas Bina Marga Kabupaten Tangerang. Namun, Jalan Raya Serang adalah kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum.

Pasar tumpah

Donni juga menyebutkan banyaknya pasar tumpah di kawasan Kabupaten Tangerang yang menjadi perhatian pihaknya. Sebab, keberadaan pasar tumpah juga menjadi kendala dalam arus mudik.

"Ada tiga pasar utama penyumbang kemacetan akibat tumpahnya pedagang di badan jalan. Tiga pasar tumpah penyumbang kemacetan adalah Pasar Cikupa, Pasar Gembong, dan Pasar Jayanti. Jam 12 malam pun masih macet total di sana. Hanya lengang di siang hari sekitar pukul 11.00 hingga 14.00," kata Donni.

Donni mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan satpol PP dan Dinas Pasar Tradisional.

Rawan kecelakaan

Selain titik kemacetan, juga ada tiga titik rawan kecelakaan. "Ada tiga titik yang sangat rawan kecelakaan di Kabupaten Tangerang, yakni di daerah Kawidaran Kilometer 18-22, kawasan Jayanti, dan kawasan pergudangan Cangkudu Balaraja," kata Kanit Lakalantas Polresta Kabupaten Tangerang Inspektur Satu Nurohman.

Menurut dia, banyaknya angka kecelakaan di tiga titik tersebut umumnya disebabkan oleh tiga hal.

"Kecelakaan bukan dipicu oleh rusaknya jalan maupun padatnya kendaraan, melainkan disebabkan oleh kondisi jalanan yang sangat lengang sehingga banyak pengguna jalan yang melanggar aturan dan ngebut sembarangan," kata Nurohman.

Karena itu, lanjut Nurohman, pihaknya juga akan menempatkan pos black spot atau pos titik rawan di tiga kawasan tersebut.

"Supaya kendaraan yang melaju bisa lebih teratur dan bisa segera ditangani bilamana terjadi sesuatu," kata dia.

Inspektur Satu Nurohman menjelaskan, titik-titik yang akan dijaga pihaknya nanti adalah lokasi yang berpotensi menimbulkan kemacetan dan kecelakaan.

"Ada sembilan titik yang akan dijaga. Sebenarnya, di hari biasa pun kami sudah rutin berjaga di sana. Namun, karena biasanya ada lonjakan volume kendaraan, harus ada penjagaan ekstra, dibantu pihak TNI, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan masyarakat setempat," kata Nurohman. (kar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com