Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UMN dan UTS Hidupkan Kembali Batik Betawi

Kompas.com - 21/07/2014, 18:04 WIB
Yohanes Debrito Neonnub

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Keberadaan batik Betawi yang nyaris hilang ditelan zaman menjadi perhatian mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UTS) dan University Technology of Sydney (UTS). Melalui kegiatan bertajuk Project World 2014, puluhan mahasiswa dari dua universitas lintas benua ini kembali menghidupkan batik Betawi yang disesuaikan dengan tren permintaan masa kini.

"Kegiatan ini untuk menghidupkan kembali batik Betawi yang sempat dilarang pada akhir tahun 1970-an. Kami ingin batik Betawi tetap eksis dan dikenal luas masyarakat," kata Renata Patricia, mahasiswa UMN di Campus Hall UMN, Tangerang, Senin (21/7/2014).

Patricia menambahkan, berdasarkan riset yang mereka lakukan di Jakarta, minat kawula muda terhadap perkembangan batik Betawi sangat minim. "Banyak anak dari pengrajin batik yang tidak mau belajar membatik karena dipandang sudah ketinggalan zaman. Ini membuat batik Betawi kehilangan peminatnya," sambungnya.

Untuk itu, melalui Project World 2014, mahasiswa Desain Grafis UMN dan UTS membantu melestarikan budaya asli Betawi tersebut. Mereka bekerja sama dengan komunitas pengrajin batik di Terogong untuk merancang batik Betawi dengan nuansa modern.

"Batik dibuat sesuai pasar anak-anak muda, seperti warna yang cerah dan motif yang bervariasi," ujarnya.

Para mahasiswa tersebut merancang batik tradisional dengan konsep modern. Hasilnya kemudian dipamerkan di Campus Hall UMN. Ada bentuk tas, kaos, kartu nama, brosur, lukisan, pulpen hingga aksesoris lain yang dibuat dari batik Betawi. Produk-produk tersebut nantinya akan dipasarkan melalui media sosial dan internet.

Hal senada disampaikan Andrey Andoko, Wakil Rektor UMN Bidang Administrasi dan Keuangan. "Kegiatan ini untuk menungkatkan kreativitas mahasiswa dan membantu mereka bekerja sama dan saling mengenal mahasiswa dari luar," kata Andrey.

Selain itu, Andrey menambahkan, ajang ini bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk saling berbagi ilmu yang mereka peroleh. "Mahasiswa dibantu untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu meningkatkan pembangunan di masyarakat," pungkasnya.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com