Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Pejalan Kaki, Mulai dari Dimarahi hingga Nyaris Ditabrak

Kompas.com - 11/08/2014, 17:17 WIB
Yohanes Debrito Neonnub

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Para aktivis Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) mengalami berbagai kejadian tak mengenakkan saat memperjuangkan hak mereka yang dirampas kendaraan bermotor atau pedagang kaki lima yang menggunakan area pedestrian.

Para aktivis KoPK memang tergolong berani turun ke jalan untuk melarang dan memperingatkan para pengendara yang menggunakan area pedestrian dengan seenaknya.

Nurul, salah satu aktivis KoPK, mengaku sudah mengikuti komunitas tersebut sejak Februari 2012 silam. “Pengalaman pertama ikut aksi ya sedikit nervous, belum pede karena jadi pusat perhatian orang. Tetapi, lama-lama udah biasa,” ujar Nurul, di kantor KoPK, Sarinah Building, Jakarta, Senin (11/8/2014).

Nurul menambahkan, mereka biasa melakukan aksi rutin setiap Jumat, mulai pukul 15.00 hingga 17.00 petang. Sambil membawa tulisan “Save Our Pedestrian”, Nurul bersama rekan-rekan lainnya berdiri di trotoar mencoba menghalangi pengendara motor yang akan menggunakan trotoar semena-mena.

“Kami dianggap musuh oleh pengendara motor, pedagang kaki lima, dan ojek yang parkir liar di trotoar. Tetapi, kami tidak akan mundur karena ingin bertugas untuk masyarakat banyak,” sambung wanita berdarah Aceh ini.

Kendati hanya tujuh orang, lanjut Nurul, aksi mereka cukup menyita perhatian mayarakat. “Pernah kami berdebat dengan beberapa ojek yang parkir liar di trotoar. Tetapi, kami hanya adu mulut tidak sampai adu fisik. Kami ancam mereka bahwa kami dari KoPK (Koalisi Pejalan Kaki), makanya mereka mau nurut,” kenang Nurul.

Nurul dan aktivis lain dari KoPK ingin agar fungsi trotoar dikembalikan sebagai area pejalan kaki, bukan area jualan, parkir liar, ataupun jalur alternatif saat macet. “Pernah nyaris ditabrak pengendara yang ngotot mau lewat trotoar, tetapi kami tidak izinkan. Mereka terpaksa kembali ke jalan,” ujar Nurul.

Pendapat senada disampaikan Laili Fitria yang juga anggota KoPK. Dia juga pernah dimarahi seorang ibu. “Mbak udah gila ya. Enggak ada kerjaan aja, mending pulang dan cuci pakaian sana,” kata Laili menirukan ucapan ibu tersebut.

Kendati dihadapkan pada situasi demikian, KoPK pantang menyerah. Justru hal tersebut terus memotivasi mereka untuk berbuat lebih banyak sehingga fungsi trotoar tidak lagi disalahgunakan.

“Kami ingin pejalan kaki dihargai sehingga trotoar harus benar-benar aman dan nyaman untuk dilalui,” pungkas Laili.

Sebagai informasi, KoPK ini dibentuk sejak Agustus 2011. Tujuan komunitas ini untuk mengampanyekan dan mewujudkan trotoar yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki agar pemerintah juga memperhatikan hak-hak pejalan kaki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com